Views: 219
SIMALUNGUN, JAPOS.CO – Penutupan jalan di Kampung Lantosan yang dilakukan perusahaan berdampak negatif bagi putra puteri kampung tersebut. Pasalnya jalan tersebut digunakan sebagai akses untuk menuntut ilmu.
“Lewat dari mana kita pak nanti kalau ditutup jalan yang biasa kita lewati, kan tambah jauh mutar mutar, harus jam Lima pagi lah bangun mau kesekolah perdagangan,” tutur Cici salah satu pelajar.
Selain itu, masih banyak lagi keluh kesah para remaja yang menuntut ilmu, tak jarang malas berangkat ke sekolah sebab kondisi jalan, sebelumnya jalan HGU yang mereka lintasi jarang diperhatikan, dan bila musim hujan bagaikan areal persawahan.
Sementara Latif (70 tahun) masyarakat kampung Lantosan, hampir setiap harinya merawat jalan kampung Lantosan dengan menutup lubang di jalanan enggan berkomentar, sembil mencangkul tanah ia hanya menggeleng kan kepala saat di tanya terkait penutupan akses jalan yang biasa di lalui bakal bergeser lagi.
Desi Aryanto Nasution yang berprofesi sebagai penulis di salah satu Media lokal menambahkan sepatutnya mereka para petinggi perusahaan baik itu N3 dan N4 di tambah lagi adanya kawasan industri Seimangkei memberikan kontribusi yang nyata bagi penduduk yang paling terdekat dengan usaha mereka,.
“Saya tahu masyarakat kampung Lantosan tidak pernah meminta apa lagi menuntut harus dapat bekerja di perusahaan yang mengapit kampung Lantosan, boleh di hitung berapa kali mendapatkan CSR kampung tersebut dalam satu abad ini,” beber Desy.
“Keinginan untuk hidup lebih baik lagi dalam menjalani aktivitas sehari-hari di kampung Lantosan sudah barang tentu di inginkan oleh setiap orang penduduk kampung tersebut, hendaklah para pemangku jabatan fungsional baik perusahaan dan pemerintah daerah dapat memberikan manfaat yang dapat di nikmati selam masyarakat tetap hidup menetap di sana,” tutupnya.(Bw)