Views: 230
KETAPANG, JAPOS.CO – Sebanyak 60 orang mengikuti pelatihan pengendalian penyakit Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) untuk Staf dan Relawan di dua Desa yaitu Desa Sukabangun dan Tanjungpura Ketapang-Kalbar.
Kegiatan yang diprakarsai PMI (Palang Merah Indonesia) Ketapang-Kalbar yang bekerja sama dengan pengurus Provinsi dan Pusat itu, dibagi dua kelompok masing-masing tiap kelompok diikuti 30 peserta (relawan), belangsung masing-masing tempat selama 5 hari (26 s/d 30 September 2022).
Sebagai nara sumber atau penyampai materi, pengurus PMI Pusat Nurista, Tim PMI Provinsi Kalbar Lidia Nurvitha. Perwakilan IGRC shela dan Sukarelawan PMI Ketapang
Pantauan di lapangan, kegiatan pelatihan yang dibuka oleh Ketua PMI Ketapang Fitriadi, S.Hut, sejak awal dan akhir berjalan tertib dan lancar. Tampak peserta (relawan) penuh antusias mendengarkan nara sumber menyampaikan materi. Dalam sesi tanya jawab dan diskusi, mereka terlihat aktif sehingga acara terlihat hidup dan penuh kekeluargaan.
Ketua program Community Pandemic Preparedness Program atau CP3 PMI Ketapang, Zulfahmi mengatakan, kegiatan tersebut dilatar belakangi adanya Epedemi dan pandemic sebagai ancaman serius, tidak hanya untuk kesehatan global tetapi juga kepada negara, masyarakat dan individu.
Epidemi dan pandemi dipandang dapat mempengaruhi semua sektor. Epidemi dan pandemi juga berdampak pada layanan kesehatan rutin, keamanan ekonomi dan pangan, perdagangan, pendidikan, ketertiban sipil, komunikasi, transportasi, dan banyak area kehidupan lainnya.
Untuk itu dikatakan Fahmi, pelatihan ini diharapkan dapat memberi pembekalan khusunya kepada warga dalam mengantisipasi dan upaya mencapai ketahanan terhadap risiko kesehatan. Pelatihan dapat melahirkan peserta yang mampu memetakan faktor risiko/ancaman penyakit berpotensi KLB yang ada di wilayahnya masing-masing.
“Yang jelas, keluar dari pelatihan nantinya Peserta (relawan) bisa menentukan tindakan aksi setiap fase kejadian KLB, dan dapat melaksanakan kegiatan surveilans berbasis masyarakat,” tutur Zulfahmi kepada Japos.co, Sabtu (30/09/22).
Lebih rinci dijelaskan dia, adapun tujuan kegiatan pelatihan adalah, sebagai upaya meningkatkan pemahaman peserta tentang pengertian, Siklus dan faktor risiko kejadian KLB, serta peran relawan PMI dalam pencegahan dan pengendalian KLB.
Meningkatkan keterampilan peserta dalam mengenal, merangkai dan menggunakan perangkat pengendalian KLB
Kegiatan juga bertujuan memberikan pemahaman peserta mengenai peran dan fungsi Markas PMI Kabupaten/Kota dalam setiap siklus kejadian KLB. Memperkenalkan peserta tekait sistem surveilans kesehatan manusia dan kesehatan hewan yang telah diterapkan di Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian sampai tingkatan Kabupaten/Kota dan dibawahnya.
“Namun tak kalah pentingnya, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta dalam mobilisasi dan mendorong relawan sebagai surveilans aktif pada saat kejadian KLB atau terjadinya peningkatan kasus penyakit tertentu,” terang Fahmi.(Tris).