Views: 248
BANTEN, JAPOS.CO – Beberapa pekan yang lalu Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) meresmikan Jembatan Aria Wangsakara (Jembatan Bogeg). Jembatan ini membentang sepanjang 90 meter dengan lebar jembatan 33,8 meter dengan jumlah lajur sebanyak delapan lajur untuk dua arah, jauh lebih luas dibandingkan dengan Jembatan sebelumnya yang lebarnya hanya 5 meter.
Namun meskipun sudah ada jembatan baru yang lebih lebar, Jembatan Bogeg yang lama tetap dipertahankan. Bahkan, Pemprov Banten memolesnya menjadi lebih cantik yang diperuntukkan pejalan kaki.
Di momen bulan Ramadhan ini, jembatan kecil itu menjadi tempat ‘ngabuburit’ Favorit baru masyarakat Kota Serang dan sekitarnya. Tak heran jika setiap sorenya, jembatan kecil ini selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk menunggu waktu berbuka.
Buah dari pembangunan Jembatan Aria Wangsakara itu kini sudah dirasakan langsung oleh masyarakat Banten, terutama bagi mereka yang mobilitas selalu melewati jembatan yang mendapat rekor MURI sebagai jembatan dengan ornamen etnik terbesar di Indonesia ini.
Amiruddin, salah satu sopir elf trayek Serang-Labuan saat ditemui di lokasi mengatakan, setelah adanya jembatan yang baru ini kemacetan yang biasa terjadi begitu panjang di Jembatan Bogeg lama sudah tidak terjadi lagi.
“Biasanya kalau sore kaya gini macetnya lumayan panjang pak, apalagi bulan puasa kaya gini. Tapi sejak jembatan yang baru ini dioperasikan, Alhamdulillah jadi lancar,” katanya, Rabu (6/4/2022).
Amir menambahkan, kemacetan yang sering terjadi ketika sore dan pagi hari itu, salah satunya diakibatkan oleh kecilnya Jembatan Bogeg yang lama, yang hanya mampu dilintasi oleh satu mobil besar seperti bus.
“Makanya sering terjadi macet, soalnya kita bergantian jalannya. Udah gitu, pas pulang dan berangkat kerja lagi kan,” pungkasnya.
Hal yang sama juga dikatakan Soleh, sopir kendaraan pickup yang sering melintas di jalur Jembatan Aria Wangsakara. Soleh yang kerap membawa hasil pertanian dari Pandeglang ini mengaku bersyukur jalur di Bogeg ini tidak lagi macet seperti sebelum-sebelumnya.
Biasanya memang titik kemacetan yang parah itu ya di Jembatan Bogeg ini. Makanya para sopir-sopir yang membawa hasil pertanian dari Pandeglang, biasanya istirahat dulu sampai kondisi arus lalu lintas di Bogeg benar-benar lancar.
“Dari pada kita ikut terjebak macet panjang, yang bikin boros BBM, lebih baik kita istirahat dulu. Kan jadinya uang transport bisa lebih banyak dibawa pulang,” ujarnya.
Lain halnya dengan Aldi, warga Kelurahan Kalodran, Kecamatan Walantaka, Kota Serang. Aldi bersama teman-temannya sejak Ramadhan ini hampir setiap sore ‘ngabuburit’ di Jembatan Bogeg yang lama.
Hal itu ia lakukan karena jembatan kecil ini sudah bagus dan tidak lagi dilintasi oleh kendaraan.
“Jadi ya enak buat tempat ngabuburitnya,” katanya.
Diakui Aldi, selain tempatnya yang bagus dan nyaman, jembatan Bogeg yang lama ini cocok untuk tempat ngabuburit karena akses jalannya juga besar dan luas.
“Sehingga walaupun pulangnya sore, itu ga macet,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Jembatan Aria Wangsakara ini membentang di Jalan Syech Nawawi Al Bantani sepanjang 10,3 kilometer. Dimana jalan ini merupakan akses di Kota Serang yang menghubungkan berbagai pusat kegiatan dari terminal, Polda Banten, KP3B, Kantor Kejati Banten, Sport Center atau Banten Internasional Stadium (BIS), kawasan pendidikan, Bendungan Sindang Heula dan RSUD Banten. Jalan ini juga merupakan jalan arteri, menuju Kabupaten Pandeglang dan Lebak.
Kondisi Jembatan Bogeg yang lama dengan lebar hanya 5 meter kondisinya kurang mendukung terhadap lalu lintas transportasi, bahkan menjadi salah satu penyebab kemacetan yang parah yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat Banten, khususnya Kota Serang.(Yan/Bidhumas)