Scroll untuk baca artikel
BANTENBeritaHEADLINEPandeglang

Gubernur WH Jelaskan Makna Aria Wangsakara Pada Jembatan Terlebar Di Indonesia

×

Gubernur WH Jelaskan Makna Aria Wangsakara Pada Jembatan Terlebar Di Indonesia

Sebarkan artikel ini

Views: 187

BANTEN, JAPOS.CO – Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) menjelaskan mengenai penggunaan nama Aria Wangsakara untuk jembatan baru di kawasan Bogeg, Jalan Syekh Nawawi Al-Bantani, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang. Menurutnya, penggunaan nama tersebut sudah sangat tepat, karena Aria Wangsakara itu merupakan Pahlawan Nasional asli Banten.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

“Aria Wangsakara itu Pahlawan Nasional dari Banten. Ketika jadi pahlawan nasional, berarti milik Banten,” jelas Gubernur WH, Kamis (31/03/2022).

Aria Wangsakara itu, lanjut WH, asli orang Banten yang berjuang untuk Banten. Sebagai apresiasi dan mengenang kiprah perjuangannya, maka nama Aria Wangsakara diabadikan sebagai nama jembatan baru di Bogeg.

“Bagi masyarakat yang awam, baca sejarahnya Aria Wangsakara itu lebih Banten daripada orang Banten itu sendiri, karena di samping dia keluarga kesultanan dia juga berjuang mempertahankan dan membela Banten, itu sejarahnya,” jelasnya.

Kalau soal nama jalan, lanjut WH, nama-nama pahlawan nasional itu memang banyak dijadikan nama-nama jalan. Bahkan di Banten ada nama-nama jalan yang bukan orang asli dari Banten. Ditanya soal ada pihak yang tidak setuju terkait penamaan tersebut, WH menjawabnya dengan santai.

“Jadi kalau itu yang dimasalahkan saya kira bukan logika publik,” katanya.

Pembangunan Jembatan Aria Wangsakara ini tidak menghilangkan jembatan yang lama, tujuannya untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi di jalur tersebut.

“Kita bangun Jembatan Aria Wangsakara tapi tidak menghilangkan jembatan lama (Jembatan Bogeg-red) kan masih ada, kolaborasi dengan jembatan yang baru. Apa sih persoalannya, kita jangan berdebat dengan soal-soal ini, yang perlu kita lakukan adalah membuat perubahan dan membangun. Terlepas dari nama jembatan itu, (kita memiliki jembatan-red) yang cukup kuat karena jembatan itu bukan hanya untuk warga sekitar tapi untuk warga Banten yang sangat vital untuk menghubungkan satu kawasan ke kawasan lain,” katanya.

Berdasar data buku Banten Sejarah dan Peradaban karya Guillot, Ibunda Raden Aria Wangsakara adalah Nyai Mas Cipta Surasowan, ia adalah cucu dari Pangeran Sanghyang Surajaya bin Prabu Surosowan yang bertahta di Banten Lama sebelum digantikan oleh Sultan Maulana Hasanudin.

Sultan Maulana Hasanuddin sendiri adalah sama-sama cucu Prabu Surosowan. Nyai Mas Cipta dinikahkan dengan Pangeran Wiraraja dari Kerajaan Sumedang Larang dan memiliki putra Raden Aria Wangsakara, atau masyarakat Kabupaten Serang wilayah timur di Tanara, Lempuyang, Binuang memanggilnya dengan sebutan Raden Kenyep Aria Wangsakara.

Raden Aria Wangsakara sendiri menikahi dua cucu Sultan Maulana Hasanudin yaitu Ratu Maimunah binti Tubagus Idham dari Kresek dan Ratu Zakiyah binti Ratu Salamah binti Sultan Abdul Mafakhir dari Kenari Kasemen.
(Yan/Adipim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *