Views: 185
JAKARTA, JAPOS.CO – Hasil lembaga Survai Elektabilitas Prabowo untuk saat ini tertinggi. Artinya, Prabowo masih punya peluang untuk maju di Pilpres 2024.
Nama Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Ketua DPR RI Puan Maharani semakin santer disebut memiliki potensi besar untuk diduetkan di Pimpred 2024 nanti.
Partai Gerindra secara hitungan suara tidak cukup untuk bisa mengusung calon sendiri, maka harus ada partai Koalisi
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta Jamiluddin Ritonga melihatnya dengan penilaian tersendiri
Dalam acara pengukuhan jabatan profesor Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri
didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Prabowo bahkan duduk berdampingan dengan Puan Maharani.
“Peristiwa tersebut tentu menimbulkan spekulasi, Jokowi terkesan tidak melihat pengukuhan Megawati urgen untuk dihadiri. Jokowi lebih memilih kunker ke Jawa Tengah yang didampingi Ganjar Pranowo,” Kata Jamil.
Keakraban Jokowi dan Ganjar dalam kunker tersebut juga mengindikasikan adanya kubu-kubuan di PDIP. Di sini Jokowi memberi sinyal Ganjar menjadi bagian dari gerbongnya.
Menurut penulis buku Riset Kehumasan ini, setidaknya Jokowi secara tidak langsung ingin menyatakan, Ganjar kader PDIP yang layak dipertimbangkan untuk turut dalam kontestasi pilpres 2024. Sinyal ini diharapkan dapat ditangkap Megawati.
“Di sisi lain, makin akrabnya Megawati dan Prabowo juga memberi sinyal, koalisi PDIP dan Gerindra pada Pilpres 2024 hanya tinggal menunggu waktu saja. Megawati dan Prabowo tampaknya sudah ada kesepahaman dalam menata Indonesia. Hal ini menumbuhkan saling percaya yang kuat di antara mereka,” papar Jamil.
Koalisi itu tampaknya akan bermuara pada pengusungan duet Prabowo dan Puan Maharani pada Pilpres 2024. Sinyal itu diperkuat ketika keduanya duduk berdampingan saat menghadiri sidang Senat di Universitas Pertahanan (Unhan).
Jamil juga melihat pasangan Prabowo-Puan tampaknya akan kompetitif karena akan didukung mesin politik yang solid. PDIP dan Gerindra dikenal punya kader militan yang setiap saat dapat digerakkan untuk memenangkan duet Prabowo-Puan bila nantinya jadi diusung.
Masalahnya, apakah rencana duet Prabowo-Puan berjalan mulus? Untuk ini tentunya sangat bergantung kepada Megawati untuk meyakinkan kubu-kubu yang ada di PDIP,” jelas Jamil.
Setidaknya,kata Jamil, Megawati dapat mengkomunikasikan hal itu kepada Jokowi yang terkesan berpihak kepada Ganjar. “Kalau ada kesepahaman kedua tokoh ini, maka muluslah pengusungan Prabowo-Puan pada Pilpres 2024,” ungkap Jamil yang juga mantan Dekan FIkom IISIP Jakarta ini.
Namun, melihat kedekatan Megawati dan Prabowo, tampaknya Mega akan keukeuh menduetkan Prabowo-Puan. Mega akan tetap mendahulukan trah Soekarno daripada kader PDIP lainnya.
Sementara Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada, ( UGM ) Suyanto menilai Partai Gerindra Dan PDIP punya kesepahaman politik.Partai Gerindra ,punya banyak kader potensial untuk menguatkan elektabilitas Prabowo. Kedua, partai punya jumlah suara cukup untuk menambah suara Gerindra jadi 20 persen sebagai syarat nyapres.kedua partai tersebut punya chemistry dengan Prabowo dan Gerindra.
” Dari sekian partai yang ada, PDIP paling memenuhi syarat untuk berkoalisi dengan Gerindra. PDIP punya 20 persen suara. Jika nyapres sendiri, ini cukup. Namun, kecil kemungkinan dilakukan karena PDIP tidak ingin bertarung sendiri yang potensial menjadi common enemy. Maka, mesti gandengan partai lain. Partai yang paling dekat dengan PDIP saat ini adalah Gerindra,” Ujarnya
PDIP punya Puan Maharani. Meski saat ini elektabilitasnya masih rendah, ini lantaran kerja tim media Puan belum masif.
“Pemilih Indonesia secara umum itu menggunakan perasaan. Dan perasaannya akan tersentuh kalau didatangi, disapa, diajak salaman dan ngobrol. Apalagi kalau senyum anda renyah, ini modal pencitraan yang cukup efektif. Gak penting siapa anda, dari partai apa, dan bagaimana track record serta prestasi anda. Bukan mereka gak peduli, tapi karena memang mereka gak paham. Yang mereka tahu, anda datang, ajak salaman, apalagi bawa sembako. 38 persen pemilih kita menentukan suara karena sembako/uang yang diterimanya,” jelasnya
Pemilih rasional sebut Suyanto (mau mikir) itu gak terlalu besar jumlahnya. Umumnya ada di perkotaan. Mereka yang sedikit ini mengerti tentang integritas dan kapasitas calon. Mayoritas pemilih gak ngerti, dan gak mau ngerti. Yang mereka tahu calon itu hadir dan kasih sembako. Di sinilah pencitraan itu menentukan. Dan Ganjar kuat di sisi pencitraan. Siapa yang kuat di pencitraan, elektabilitasnya naik
Prabowo-Puan, jika betul-betul menjadi pasangan yang ingin maju di Pilpres 2024 mesti mampu mengemas brand dirinya, rajin jumpa dan ketemu masyarakat, terutama di Jawa Tengah yang menjadi kandang banteng. Kalau pasangan ini memiliki tim media dan tim darat yang handal sebagaimana yang dimiliki oleh Ganjar, tentu akan menjadi kompetitor yang menyulitkan bagi Ganjar.
Apalagi kalau Ketum sudah instruksikan para kader PDIP untuk pilih Prabowo-Puan, beres itu semua. Ini terjadi saat Gibran nyalon wali kota di Solo. Instruksi turun dari DPP, kelar! Dan Gibran menang telak,” Terangnya
Instruksi ini gak boleh telat. Setidaknya sinyalnya mesti sudah mampu ditangkap oleh kader-kader PDIP dan juga Gerindra. Dengan sinyal itu, para kader akan bekerja.
Ketum PDIP sedang mengikuti perkembangan dan dinamika yang terjadi untuk menjadi bahan membuat keputusan terkait capres-cawapres 2024.
PDIP punya kader dan pemilih yang sangat militan dan loyal. Para kader tegak lurus pada instruksi ketua umum, yaitu Megawati. Di sinilah kelebihan PDIP dibanding partai-partai lain.(Joko Warihnyo)