Views: 109
<span;>KAJEN- Japos co. Bencana di Kecamatan Petungkriyono masih menyisakan duka,dan akses masyarakat turut hilang akibat banjir bandang mengakibatkan ekonomi masyarakat terganggu.Pemerintah Kabupaten Pekalongan mengupayakan pembuatan jalan baru.
<span;>Paska bencana alam, akses ke beberapa pedukuhan di Kecamatan Petungkriyono masih sulit lantaran jalan atau jembatannya hancur. Salah satunya akses menuju ke Dukuh Sitipis di Desa Kayupuring.
<span;>Akibat bencana alam banjir dan longsor pada 20 Januari 2025, Dukuh Sitipis sempat terisolir. Akses jalan menuju pedukuhan ini hilang tergerus longsor.
<span;>Tak hanya itu, jembatan satu-satunya menuju ke pedukuhan itu juga hancur dihajar banjir Sungai Welo.
<span;>Untuk akses darurat, masyarakat bersama pemerintah desa dan kecamatan sudah membuat jalan dan jembatan darurat.
<span;>Namun, jalan dan jembatan darurat itu hanya bisa dilalui sepeda motor. Kendaraan roda empat belum bisa menuju ke pedukuhan dengan penduduk sekitar 60-an kepala keluarga ini
<span;>Kades Kayupuring, Cahyono, Selasa, 22 April 2025, mengatakan, bencana alam pada Januari 2025 menyebabkan akses menuju ke Dukuh Sitipis sulit. Pasalnya, ada jalan yang hilang tergerus longsor dan jembatan hanyut tersapu banjir bandang.
<span;>”Akses ke Dukuh Sitipis hingga saat ini masih sulit. Sudah dibuatkan jalan darurat dan jembatan darurat, tapi itu baru bisa dilalui sepeda motor. Untuk mobil belum bisa melintasinya,” kata dia.
<span;>Menurutnya, pemerintah desa tidak bisa membangun jembatan baru lantaran terkendala anggaran. Oleh karena itu, untuk membangun jembatan baru sangat bergantung pada bantuan pemerintah.
<span;>”Jembatannya itu dulu panjangnya sekitar 8 meter, namun setelah bencana alam itu panjang bentang sungainya berubah menjadi 24 meter karena bibir sungainya hilang tergerus banjir,” kata dia.
<span;>Meskipun itu jalan dan jembatan milik desa, namun APBDes tak mampu mengkovernya. Oleh karena itu, pemerintah desa sudah mengajukan bantuan ke Pemkab Pekalongan untuk penanganan akses ke Dukuh Sitipis tersebut.
<span;>”Sebelum kejadian viral ibu baru melahirkan ditandu jalan, lokasinya sudah disurvei tim dari DPU dan konsultan. Namun kapan akan dibangun kami belum dapat kepastiannya hingga saat ini,” ungkap dia.
<span;>Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar, mengatakan, jembatan dan jalan penghubung ke Dukuh Sitipis merupakan aset desa. Meski demikian, Pemkab Pekalongan tetap akan berupaya untuk membuka akses ke Dukuh Sitipis
<span;>Jembatan dan jalan milik desa itu, kita tidak ingin berdebat soal itu. Yang penting kita melayani masyarakat, tidak akan berdebat soal kewenangan siapa,” tandas Akbar.
<span;>Untuk membuka akses jalan yang hilang tergerus longsor, Pemkab Pekalongan menerjunkan alat berat ke lokasi untuk membuat jalan baru. Harapannya, persoalan akses menuju ke Dukuh Sitipis bisa segera teratasi.
<span;>Sekda M Yulian Akbar mengatakan, dampak bencana alam pada Januari 2025 memang luar biasa. Pemkab Pekalongan telah mengajukan dana RR ke Pemerintah Pusat hampir Rp 120 miliar untuk penanganan dampak bencana di Kabupaten Pekalongan, baik itu untuk penanganan jalan, jembatan dan lainnya.
<span;>”Ini masih proses pengajuan. Masih ada tahap verifikasi dan validasi,” kata dia.
<span;>Camat Petungkriyono, Hadi Surono, mengatakan, alat berat telah diterjunkan untuk membuat jalan baru, agar akses ke Dukuh Sitipis bisa dilalui kendaraan roda empat.
<span;>Menurutnya, akibat bencana alam, jalan dan jembatan menuju ke Dukuh Sitipis hilang, sehingga akses menuju ke pedukuhan itu sulit.
<span;>”Sudah ada jalan dan jembatan darurat, namun hanya bisa dilalui motor. Jika ada kejadian seperti kemarin, ibu baru melahirkan yang tidak bisa naik motor kan kasihan warganya. Untuk itu, pemerintah berupaya membuka akses ke Sitipis, agar mobil bisa masuk ke sana,” ujar dia.
Ditambahkan, paska bencana ada satu lagi jembatan yang hingga saat ini belum tertangani, yakni di Dukuh Wonodadi. Namun, kata Hadi, untuk menuju pedukuhan itu masih ada jalan alternatif lainnya yang bisa dilalui mobil.
“Yang jembatan di Wonodadi besar itu. Harus dengan dana RR. Tapi untuk ke sana masih ada jalan lainnya. Hanya butuh waktu lebih lama karena jalannya memutar,” kata Hadi.
Sebelumnya diberitakan, seorang ibu pasca melahirkan sesar di RSUD Kajen, Kabupaten Pekalongan, harus ditandu berjalan kaki hingga 5 km menuju ke rumahnya karena jalan tidak bisa dilalui oleh mobil viral di media sosial.
Ibu tersebut bernama Sumarni, warga Dukuh Sitipis, Desa Kayupuring.Ungkapnya.(INA)