Views: 584
CIAMIS, JAPOS.CO – Sebanyak 97 mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ditugaskan melakukan praktikum Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya di Kampung Bungur Desa Jalatrang Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis.
Didampingi 12 dosen, para mahasiswa melakukan observasi, praktikum kebudayaan dan dokumentasi mengenai kegiatan di salah satu desa wilayah Ciamis utara yang asri dan elok dengan panorama Gunung Sawal. Rangkaian kegiatan Kamis (21/11) berlangsung seru yang diikuti para mahasiswa dengan antusias.
Saat baru sampai di lokasi, mahasiswa dan para dosen serta tenaga pendidik disambut dengan hangat oleh para warga desa dan disuguhkan minuman khas dari Desa Jalatrang yaitu Tea Curuluk, teh yang memiliki rasa manis, milky, tetapi tidak giung di lidah. Selepas menikmati Tea Curuluk, para pengunjung juga diberi sambutan oleh salah satu tokoh di Desa Jalatrang. Lalu seluruh pengunjung melakukan tarian Oray-orayan yang dipandu oleh Mak Lengser.
Selanjutnya, mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok besar untuk melakukan berbagai kegiatan. Mahasiswa melakukan berbagai kegiatan edukatif di Jalatrang, mulai dari membatik, membaca buku, memainkan permainan tradisional, melihat penanaman cabai, berkunjung ke kandang ternak kambing dan sapi, hingga mengitari perkebunan di Jalatrang yang sangat luas dan asri. Di setiap sesi kegiatan, warga desa dengan senang hati menjelaskan mengenai aspek dan kisah di balik kegiatan-kegiatan tersebut.
Kegiatan tersebut dibagi ke beberapa pos. Di pos pertama, mahasiswa mendatangi pos yang merupakan perpustakaan desa. Koleksi buku bacaan dalam perpustakaan desa cukup variatif, mulai dari bacaan edukasi non-fiksi hingga novel terjemahan tersedia di Perpustakaan Desa Jalatrang.
Tak hanya buku, di dalam perpustakaan juga terdapat barang hasil karya warga Desa Jalatrang yang dibuat dari limbah plastik. Barang tersebut memiliki banyak rupa, seperti gaun, tas, topi, dan yang lainnya. Selain itu, terdapat permainan tradisional, seperti egrang bambu, egrang batok kelapa, congklak dan karet.
Pos selanjutnya adalah pos bercocok tanam. Pengunjung ditunjukkan cara dan tips dalam menanam tanaman cabai. Selain itu, pengunjung juga diberitahu mengenai peralatan dan bahan apa saja yang digunakan dalam menanam cabai. Desa Jalatrang juga menjual cabai rawit setan dengan harga yang lebih murah dari harga pasar, tetapi tetap dengan kualitas unggulan.
Masih dalam tahapan aktivitas yang sama, setelah melihat penjelasan dan praktik penanaman cabai, mahasiswa diajak untuk mengunjungi Villa Kambing dan Villa Sapi. Di lokasi ini mahasiswa bisa melihat peternakan sapi dan kambing sekaligus memberi makan para hewan ternak tersebut. Setelah itu, mahasiswa diajak untuk mengitari perkebunan Desa Jalatrang yang sangat luas dan subur.
Di pos terakhir, mahasiswa belajar mengenai bagaimana cara membatik. Mahasiswa diperkenalkan dengan peralatan dan bahan untuk membatik, seperti canting, lilin dan lainnya. Setelah itu, mahasiswa masing-masing diberikan sehelai kain yang selanjutnya akan digambar sketsa batik dengan pensil. Usai menggambar sesuai desain masing-masing di kain yang diberikan, mahasiswa mulai membatik menggunakan canting yang sebelumnya sudah didiamkan di lilin yang dimasak.
Setelah batik buatan masing-masing selesai dibuat, kain dikumpulkan kepada ibu-ibu warga desa yang menjadi pemandu untuk selanjutnya akan dicat dan dijemur. Selepas beraktivitas, para pengunjung berkunjung ke kedai atau toko yang menjual barang dan makanan khas Desa Jalatrang. Mulai dari mie ayam ubi ungu, getuk ubi ungu, keripik ubi ungu, tas rajut dan sebagainya terdapat di kedai atau toko tersebut.
Implementasi Pengenalan Budaya Daerah di Jabar
Kedatangan sejumlah mahasiswa UPI Bandung ke Jalatrang tersebut merupakan inisiasi Kepala Prodi Ilmu Komunikasi FPIPS UPI Dr Ahmad Fahrul Muchtar Affandi, MSi, dengan dosen pengampu mata kuliah Prof Dr Hufad dan Dr Wina Nurhayati Praja, MPd.
Menurut Wina, kegiatan tersebut sebagai bentuk implementasi dari pengenalan terhadap budaya daerah yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. “Usaha dalam kultivasi budaya di tahun 2025 ini tentu harus dilakukan sebagai bentuk pelestarian budaya daerah agar tak punah dilekang oleh waktu dan globalisasi. Berbagai cara atau metode juga dilakukan kepada kawula muda agar mampu untuk mengenal, melanjutkan dan menyebarkan budaya yang ada di Indonesia termasuk di Jalatrang ini,” tandas Wina, alumni SMPN 1 Cipaku, SMAN 1 Ciamis, serta S1, S2 dan S3 UPI Bandung. (Mamay)