Views: 71
BUKITTINGGI, JAPOS.CO – Petugas Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi bersama tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat berhasil memindahkan seekor harimau sumatera yang terperangkap dalam kandang jebak di Kabupaten Solok ke Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi.
Proses pemindahan Kamis malam, 14 November 2024. Harimau betina diperkirakan berusia dua tahun ditemukan terperangkap di kawasan Mudiak Aia, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.
Berdasarkan pantauan awak media di lapangan, begitu tiba di TMSBK Bukittinggi, harimau menjalani proses pembiusan memastikan keselamatannya selama pemindahan dari kandang jebak menuju kandang khusus.
Setelah dipindahkan, tim medis dari TMSBK memeriksa kondisi kesehatan harimau. Kondisinya masih diobservasi dokter hewan dari TMSBK Bukittinggi.
“Pemeriksaan awal, sedikit luka diduga terjadi akibat gesekan dengan kandang jebak saat satwa terperangkap,” ujar Mecky Aditya Eka Putra, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Sijunjung dari BKSDA Sumatera Barat.
“Luka-luka muncul saat harimau terperangkap dalam kandang jebak. Meskipun demikian, kondisi harimau secara keseluruhan diperkirakan tidak mengkhawatirkan, dan ia akan terus dipantau tim medis di TMSBK,” ulas Mecky.
Tindak lanjut pemindahan harimau melibatkan pemantauan lebih lanjut dan perawatan intensif. Kami masih mempertimbangkan beberapa opsi untuk masa depan harimau.
“Setelah proses observasi dan perawatan di TMSBK, harimau dipindahkan ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHS) untuk pemulihan lebih lanjut,” ujar Mecky.
Di PRHS, harimau akan menjalani rehabilitasi, termasuk latihan agar dapat beradaptasi dengan kondisi alam liar. Harimau yang sudah melalui rehabilitasi di pusat akan dipersiapkan untuk dilepas kembali ke habitat alami mereka di hutan Sumatera.
“Proses pelepasliaran membutuhkan persiapan yang matang, baik untuk satwa sendiri maupun untuk lokasi pelepasliaran yang tepat. Untuk sementara, harimau berada di TMSBK, Bukittinggi dan nantinya dipindahkan ke PRHS Dharmasraya untuk rehabilitasi lanjutan,” tambah Mecky.
Penanganan terhadap harimau sumatera terperangkap menjadi sorotan penting, mengingat semakin tingginya intensitas konflik antara manusia dan satwa liar di Sumatera Barat. Harimau sumatera, sebagai spesies yang terancam punah, menghadapi banyak ancaman, baik dari perburuan ilegal maupun konflik dengan manusia yang semakin meningkat seiring dengan kerusakan habitat alami mereka.
“BKSDA Sumatera Barat berharap penanganan harimau dapat mengurangi ketegangan antara masyarakat dan satwa liar, serta memastikan keselamatan harimau sumatera sebagai bagian dari upaya pelestarian satwa langka dan dilindungi di Indonesia,” tutur Mecky.
Kasus ini menggambarkan pentingnya upaya konservasi dan pemahaman lebih lanjut mengenai hubungan antara manusia dan satwa liar, serta perlunya kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi konservasi untuk menjaga keberlanjutan ekosistem di Sumatera Barat.
Dengan pemindahan harimau Sumatera berada dalam pengawasan yang lebih baik dan diharapkan dapat kembali ke alam liar setelah melewati proses rehabilitasi yang sesuai. ( Yet )