Scroll untuk baca artikel
Berita

Aleksis Dijadikan Alat Kampanye Sesat dan Fitnah : Pengasuh Pondok Pesantren Sa’id Yusup Kritik Keras Ustad Muhamad Husen

×

Aleksis Dijadikan Alat Kampanye Sesat dan Fitnah : Pengasuh Pondok Pesantren Sa’id Yusup Kritik Keras Ustad Muhamad Husen

Sebarkan artikel ini
Pengasuh pondok Pesantren Sa'id Yusup Dr. H.Saroni M.Pd

Views: 90

DEPOK, JAPOS.CO – Setelah munculnya pernyataan kontroversial dari Muhamad Husen terkait sosok Aleksis dan kepemimpinan religi, Pengasuh Pondok Pesantren Sa’id Yusup, Dr H Saroni, MPd akhirnya buka suara.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Menurutnya, kampanye yang mencampurkan isu agama dengan serangan pribadi adalah tindakan yang tidak bijak dan jauh dari etika seorang pemimpin agama.

Sebagai seorang ustad, Saroni menegaskan, Husen seharusnya dapat memilah informasi yang pantas disampaikan kepada publik. “Sebagai tokoh yang memiliki pengaruh, ustad seharusnya lebih berhati-hati dalam beropini, apalagi jika tujuannya adalah memojokkan lawan politik dengan isu yang belum jelas duduk perkaranya,” ujar Saroni.

Saroni menilai bahwa sikap yang ditunjukkan oleh Husen, yang diduga merupakan pendukung salah satu kandidat petahana, menunjukkan ketidakbijaksanaan. “Meskipun dia berhak membela calon pilihannya, tidak semestinya dia ikut menyebarkan opini yang bersifat menghasut dan fitnah, terlebih jika yang diserang adalah sosok perempuan yang notabene istri calon lawannya,” tambahnya.

Ia mengingatkan bahwa sebagai pemuka agama, seharusnya Husen menghindari gibah (menggunjing) dan fitnah. “Apakah menjelek-jelekkan orang lain termasuk ciri pemimpin yang religi? Apakah ini sesuai dengan ajaran agama yang beliau sampaikan?” ungkap Saroni dengan nada mempertanyakan.

Standar Kepemimpinan: Tidak Hanya Soal Agama

Dalam pandangannya, pemimpin yang baik tidak hanya diukur dari religiusitas, namun juga kompetensi dan integritas. Menurutnya, Supian Suri, kandidat yang saat ini diusung untuk melawan petahana, memiliki latar belakang pendidikan dalam ilmu pemerintahan serta berasal dari keluarga religius.

“Supian lahir dari keluarga Kiyai, belajar di pesantren, dan dikenal sebagai sosok yang taat beragama. Beliau bahkan pernah mendampingi Walikota Depok dalam berbagai kebijakan penting,” tegas Saroni.

Saroni juga mempertanyakan apakah kepemimpinan yang religi harus selalu berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

“Apakah standar religi itu hanya ada di PKS? Apakah itu artinya calon lain tidak memenuhi standar religiusitas hanya karena berasal dari partai yang berbeda?” tanyanya.

Perjalanan Politik Supian Suri dan Keputusan Besarnya

Supian Suri dikenal sebagai figur yang lama berperan mendampingi Walikota Idris dalam kebijakan pembangunan Depok. Namun, keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai walikota melawan rekomendasi Idris menjadi pertanyaan besar.

“Supian memiliki alasan yang kuat, dan keputusannya untuk maju sebagai calon walikota adalah langkah yang berani serta memiliki dasar yang jelas,” jelas Saroni.

Keputusan Supian untuk mundur dari jabatan ASN tertinggi demi mencalonkan diri, bagi Saroni, adalah bukti keberanian yang patut diapresiasi. “Dia telah menempuh jalan yang berisiko untuk memperjuangkan visi kepemimpinan yang diyakininya, bukan hanya demi karier pribadi,” katanya.

Menghindari Kampanye Berbasis Fitnah dan Kebencian

Saroni mengimbau agar kampanye politik di Depok tidak dikotori dengan isu-isu sesat dan fitnah. “Pemimpin yang baik bukan hanya yang terlihat taat di depan umum, tetapi yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat,” tuturnya.

Ia juga menambahkan bahwa urusan ibadah dan ketaatan seseorang adalah urusan pribadi antara individu dengan Allah SWT. “Janganlah kita terburu-buru menilai atau menjelekkan orang lain hanya karena perbedaan pandangan politik. Hanya Allah yang Maha Mengetahui ketaatan seseorang,” pungkas Saroni.

Dengan pandangan yang mendalam ini, Saroni berharap agar masyarakat Depok dapat memilih pemimpin yang benar-benar berdedikasi untuk membangun kota Depok dengan amanah dan bijaksana, tanpa terpengaruh oleh narasi-narasi yang tidak sehat dan penuh fitnah. (Joko Warihnyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *