Scroll untuk baca artikel
BeritaDepok

Janda Kaya Menikahi Pengangguran, Menggegerkan Publik, Elektabilitas PKS Terancam di Depok

×

Janda Kaya Menikahi Pengangguran, Menggegerkan Publik, Elektabilitas PKS Terancam di Depok

Sebarkan artikel ini
Foto : Suswono,Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Views: 139

DEPOK, JAPOS.CO – Situasi politik jelang Pilkada serempak semakin panas. Pernyataan mengejutkan dari Suswono, calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang menyarankan agar “janda kaya menikahi pengangguran,” kini tengah menjadi sorotan. Ucapan kontroversial ini menuai kritik tajam dan dianggap memiliki potensi untuk merugikan PKS, terutama di kota-kota basis pendukungnya seperti Depok.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Sebagai lumbung suara PKS, Kota Depok kini menghadapi tantangan berat. Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang diusung PKS, Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi Arafiq, diprediksi bisa terdampak secara elektabilitas. Bahkan di warung-warung kopi, pernyataan Suswono menjadi perbincangan hangat dan memicu persepsi negatif di tengah masyarakat. Tak sedikit pihak yang menyebut, bahwa pernyataan ini dapat menurunkan dukungan bagi pasangan Imam-Ririn di tengah persaingan politik yang kian sengit.

Pengamat politik Yusfitriadi mengomentari dampak pernyataan ini terhadap Pilkada Depok. Ia menyebutkan, “Depok yang sering disebut sebagai kota PKS mungkin menghadapi pergeseran besar. Elektabilitas Imam Budi Hartono sudah mulai tergerus oleh Supian Suri yang semakin kuat di mata masyarakat,” ungkapnya, Rabu (30/10/2024). Menurut Yusfitriadi, kritik terhadap Suswono bisa semakin memperlemah posisi PKS di Depok.

Berdasarkan survei Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS Vinus), elektabilitas pasangan-pasangan calon dari PKS di beberapa wilayah, termasuk Depok, Bogor, dan Bekasi, menunjukkan tren penurunan. Pengamat politik melihat fenomena ini sebagai indikasi dari citra PKS yang mulai pudar, khususnya di media sosial.

Ada dua faktor utama yang menurut Yusfitriadi mengakibatkan penurunan dukungan ini. Pertama, ketidakkonsistenan PKS, terutama setelah bergabung dengan kekuasaan meski sebelumnya menyuarakan perubahan. “Warganet merasa bahwa PKS seakan-akan tidak teguh pada komitmennya,” kata Yusfitriadi.

Kedua, keputusan PKS yang meninggalkan Anies Baswedan dalam Pilpres 2024 menjadi pukulan bagi citra partai tersebut.

Menurut Yusfitriadi, PKS dinilai tidak konsisten dalam mendukung Anies, yang memicu kekecewaan di kalangan pemilih yang selama ini merasa senada dengan perjuangan PKS. Alhasil, dukungan PKS pun mulai tergoyahkan.

Yusfitriadi menambahkan bahwa pernyataan Suswono memperumit situasi. “Pernyataan tentang janda kaya dan pengangguran ini membuat pemilih mempertanyakan orientasi PKS terhadap isu-isu krusial,” ujarnya.

Komentar Suswono dinilai kurang relevan dengan konteks politik saat ini dan justru memunculkan persepsi negatif terhadap partai serta pasangan Imam-Ririn di Pilkada Depok.

Tak hanya berdampak di Jakarta, pernyataan ini juga menciptakan efek riak ke beberapa wilayah sekitar, termasuk Depok, Bogor, dan Bekasi. “Dampak negatif ini tidak hanya terbatas di Jakarta, tetapi turut mempengaruhi daerah-daerah lain di mana PKS berusaha mempertahankan dominasinya,” jelas Yusfitriadi.

Kondisi ini tentu menjadi pukulan besar bagi PKS. Dalam menghadapi pilkada serempak, partai yang selama ini memiliki basis massa kuat di Depok kini harus mengantisipasi dampak dari pernyataan kontroversial salah satu kadernya sendiri.(Joko Warihnyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *