Scroll untuk baca artikel
BeritaDAERAH

Melestarikan Adat dan Budaya Sapat Tahun dan Do’a Akasyah Desa Negeri Baru

×

Melestarikan Adat dan Budaya Sapat Tahun dan Do’a Akasyah Desa Negeri Baru

Sebarkan artikel ini

Views: 2.8K

KETAPANG, JAPOS.CO – Adat dan Budaya tidak bisa dibuang dan ditinggal atau dilupakan begitu saja, seperti halnya pada hari ini Kamis tanggal 28 Desember 2023 di Desa Negeri Baru Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat,  warga masyarakat antusias menyaksikan, mengikuti sebuah acara adat yang memang turun temurun sejak dari jaman nenek moyang terdahulu.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Adapun acara adat yang dilaksanakan tersebut lebih dikenal dengan sebutan “Sapat Tahun & Do’a Akasyah” atau sebagai acara Tolak Bala’.

Acara tersebut tueut dihadiri tokoh masyarakat termasuk salah satunya M. Febriadi Ketua DPRD ketapang, Uti Royden Top, Dandim (mewakili), Dinas Parawisata & Kebudayaan, termasuk Polres (Polsek) yang mewakili dan dihadiri pula para tokoh masyarakat lainnya, serta Camat Benua Kayong.

Suda Efendi Kepala Desa Negeri Baru mengatakan terkait Sapat Tahun dab Do’a Akasyah, bahwa “Sapat Tahun” dikenal juga dengan istilah berobat Kampung atau sering disebut juga dengan Bersih Kampung.

Menurutnya, prosesi adat ini pada acara puncaknya yaitu berupa pelepasan Pesat (perahu) atau didalam perahu tersebut terdapat bermacam isi – isian yang berupa ketupat dan ada kue jajaran serta dan lain sebagainya, kemudian perahu tersebut akan dilepas dikanal (Sungai), lalu ada juga kegiatan lainnya yang ada dibebani yaitu acara pembacaan do’a Akasyah.

“Kegiatan pembacaan Do’a Akasyah ini dikakukan dengan cara berkeliling kampung secara berkelompok, dimana masyarakat menyediakan air didalam wadah (tempat) yang disimpan ditepi jalan dan kemudian nantinya air tersebut akan di Do’a kan oleh pemimpin Do’a dengan cara berkeliling kampung, ” kata Suda Efendi (Kades) di depan teras kantor Pemerintahan Desa Negeri Baru, Kamis (28/12)

Katanya lagi, jika dilihat isi-isi dari Adat Sapat Tahun dan Do’a Akasyah ini dasarnya sama, adalah sebuah upaya untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar terhindar dari marabahaya, penyakit, bencana alam, panceklik dan musim panas yang berkepanjangan serta lain sebagainya.

Tentunya sebagai Pemerintahan Desa kegiatan – kegiatan seperti ini harus tetap didukung selain karena Orentasi atau nilai yang terkandung dalam acara Sapat Tahun & Do’a Akasyah ini, adalah sebagai bentuk kewajiban untuk melestarikan Nilai-nilai Budaya yang ada, sesuai Amanah Undang-undang No.5 tahun 2017 tentang “Kemajuan Budaya” oleh karenanya budaya yang ada ini harus kita lestarikan dan kita jaga.

“Maka tidak mustahil budaya-budaya yang ada merupakan sejarah dari nenek moyang kita terdahulu akan musnah ditelan jaman, mengikuti dan tergulung habis oleh karena pengaruh moderenisasi, globalisasi yang sedang berjalan saat ini,” ucap Suda Kades Negeri Baru, Kamis (28/12).

Ketua DPRD M. Febriadi yang juga merupakan tokoh melayu yang sangat dikenal dan juga M Febriadi ini termasuk sebagai Sekretaris DPD MABM dari tahun 2021 sampai dengan 2026, mengingatkan kembali kepada semua Kepala Desa, khususnya yang berada dibagian wilayah pesisir pantai agar bisa untuk melestarikan adat dan budaya yang mereka miliki seperti kegiatan Sapat Tahun dan Do’a Akasyah.

“Supaya bisa ditumbuh kembangkangkan seperti didesa Negeri Baru ini,” ucap M Febriadi melalui kata sambutannya dan sekaligus Sekretaris DPD MABM ini menyatakan, membuka acara Adat Sapat Tahun dan Do’a Akasyah tersebut, kamis (28/12).(M.HARISY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *