Views: 802
BANJAR, JAPOS.CO – Tas dan boneka rajut buatan warga Kota Banjar, tembus hingga pasar ekspor. Produknya tersebut banyak diminati oleh pecinta produk lokal daerah dalam negeri. Produk tas rajut dengan brand Oemah Mamas ini merupakan buah karya Susi Cahyati (30), warga Lingkungan Babakan Kelurahan Muktisari Kecamatan Langensari Kota Banjar.
Susi mengatakan, bahan produksi tas rajut yang ia gunakan untuk mengembangkan usahanya adalah benang rajut dari nilon, dan bahan katun pilihan. Jenis tas rajut yang ia produksi mulai dari tas ukuran kecil, sedang dan besar, serta dompet dan aksesoris. Selain itu, juga memproduksi boneka rajut, gantungan kunci sebagai pelengkap aksesoris dan mainan. “Ada banyak jenis produknya, mulai dari boneka, gantungan kunci dan yang paling prioritas menjadi brand utama itu tas rajut,” kata Susi kepada japos.co, Kamis (30/11).
Menurutnya, omzet rata-rata per bulan Rp 2,3 juta. Omzet sebesar itu karena masih keterbatasan tenaga kerja. Sedangkan untuk jumlah produksinya, sementara ini masih menyesuaikan dengan permintaan dari konsumen.
Adapun konsumen yang selama ini sudah menjadi pangsa pasar produk usahanya yaitu pelanggan dari berbagai kota di Indonesia, seperti Padang, Kalimantan, Bandung dan Semarang. Selain itu, produk tas dan boneka rajut karyanya juga sudah merambah pasar ekspor, seperti Belanda, Abu Dhabi dan Riyadh. Meskipun untuk omset ekspor tersebut belum begitu besar.
Susi menyebutkan, harga yang ia tawarkan untuk setiap produknya cukup bervariasi, tergantung jenis produknya. Untuk tas rajut berkisar antara Rp 50-250 ribu, sedangkan untuk boneka rajut harganya antara Rp 85-400 ribu per pcs. “Untuk ekspor kita ada yang kontinyu setiap bulan. Tapi omsetnya memang belum begitu banyak. Selebihnya ada di beberapa kota besar seperti Bandung dan Padang. Alhamdulillah, untuk lokal daerah sekitar Banjar dan Ciamis sekarang kami sudah ada reseller sendiri,” ungkapnya..
Diakuinya, mulai menekuni usaha tas dan boneka rajut tersebut sejak tiga tahun yang lalu, tepatnya saat masa pandemi Covid-19 tengah berlangsung. Saat itu ia tengah membuka usaha berjualan kuliner. Namun, karena banyak pembatasan aktivitas masyarakat sehingga omsetnya menurun drastis sampai-sampai nyaris gulung tikar.
Setelah itu, berbekal hobinya membuat tas rajut, kemudian mulai menekuni bidang usaha tas rajut dan terus berlangsung hingga sekarang ini. “Jadi awalnya itu dulu waktu pandemi kan saya usaha kuliner, jualannya sepi. Dari situ saya mulai produksi membuat tas dan boneka rajut sampai sekarang,” pungkasnya. (Mamay)