Views: 213
JAKARTA, JAPOS.CO – Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia (Wantimpres RI) DR. Dr. H.R. Agung Laksono mengungkapkan, Hari Santri Nasional merupakan pengakuan negara atas peran serta perlawanan revolusioner dan heroik para ulama, santri, Tentara Pelajar RI, dan para pemuda/pelajar pada umumnya yang hanya bermodalkan semangat juang dan senjata
“Bambu runcing”, berjuang dan mampu membela dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada 10 November 1945 di Surabaya. Dalam perjuangan merebut dan mempertahan kemerdekaan dan kedaulatan wilayah negara RI tersebut, para ulama dan santri memiliki peran sebagai kekuatan bela negara. Para ulama dan santri terkonsolidasi dalam inspirasi K.H. Hasyim Asyari (Ponpes Tebuireng Jombang) dan diorganisir serta dikomandoi oleh K.H. Abdul Wahab Chasbullah (Ponpes Bahrul Ulum, Tambakberas Jombang), yang mendeklarasikan dan sekaligus mengkomandoi sebuah Resolusi Jihad.
Hal tersebut disampaikan Senin 23/10/2023 malam, di hadapan ribuan santri yang hadir memenuhi Gelanggang Olah Raga Mbah Muqoyim. Acara dengan tema Jihad Santri Jayakan Negeri, dimeriahkan penampilah penyanyi Tantri Kotak dan Tanarda. Kehadiran dua artis nasional itu telah membuat para santri berdesakan sampai luar GOR tertutup itu.
Berdiri sejak tahun 1750 M, hingga kini pondok pesantren yang beralamat di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon itu masih tetap eksis dan menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.
Empat Juta Santri
Menurut Agung Laksono yang diundang hadir bersama Anggota DPR RI Dave Akbarshah Laksono,
Kementerian Agama mencatat, ada 39.043 pesantren di dalam negeri pada 2022/2023. Seluruh pesantren itu mendidik sebanyak 4,08 juta santri.
Menurut provinsinya, jumlah pesantren paling banyak berada di Jawa Barat, yakni 12.121 unit. Posisi kedua ditempati Jawa Timur dengan 6.744 pesantren.
Lebih lanjut dikatakan, penghargaan negara menganugerahkan Hari Santri Nasional, didasarkan diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) No.22 Tahun 2015 oleh
Bapak Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 Oktober 2015. Keputusan tersebut untuk memenuhi usul ratusan santri Pondok Pesantren Babussalam, di Desa Banjarejo,
Kabupaten Malang, Jawa Timur saat Joko Widodo sebelum terpilih presiden berkunjung ke sana pada 1 Muharram, tanggal 27 Juni 2014.
Sementara itu Anggota Komisi I DPR RI Dave AF Laksono yang diundang khusus untuk hadir dalam acara tersebut mengakui peran penting pesantren mendidik ahlak generasi muda. “Sebagai wakil rakyat dari Kota dan Kabupaten Cirebon serta Kabupaten Indramayu Jawa Barat, saya akan selalu mengikuti perkembangan pembinaan generasi muda, khususnya melalui pendidikan di pesantren,” kata Anggota Fraksi Partai Golkar ini.
Saat ini, setidaknya ada 70 pondok yang bernaung di bawah Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren Cirebon dengan jumlah santri yang secara keseluruhan mencapai tujuh ribu lebih. Mereka belajar baik yang mukim (diasramakan) maupun non-mukim. Para santri bukan hanya berasal dari wilayah Kabupaten Cirebon, juga dari luar Pulau Jawa.
Kepala Bidang Kepesanteran YLPI Buntet Pesantren, KH Mohammad Luthfi menyatakan, pesantren Buntet merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan dua sistem pembelajaran sekaligus. Yaitu sistem pembelajaran tradisional khas pesantren dan sistem pembelajaran modern. (RIS)