Views: 244
KUNINGAN, JAPOS.CO – Sejumlah ulama dan kiai dari berbagai wilayah di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat berkumpul dalam kegiatan Halaqoh Kebangsaan Jaringan Ahlussunah Wal Jamaah Indonesia, Rabu (18/10/2023).
Kegiatan itu menghasilkan keputusan bersama mendukung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam Pemilihan Presiden 2024 lantaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden itu dinilai konsisten menangkal radikalisme dan Intoleransi.
“Di hari ini juga kita telah menyaksikan bahwa tadi siang Pak Ganjar sudah dipasangkan dengan Pak Mahfud MD, yang sudah kita tahu beliau kedua-duanya adalah komitmen dalam hal memberantas radikalisme,” ujar salah seorang peserta, KH Udi Masudi.
Kegiatan yang digelar di Pondok Pesantren Manbaul Ulum Silebu, Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan, Jawa Barat itu diisi diskusi mengenai sosok pemimpin yang memenuhi harapan bangsa.
Kiai Udi menyebut figur pemimpin yang diharapkan menjadi presiden dan wakil presiden 2024-2029 salah satunya yang memiliki rekam jejak dalam menangkal radikalisme dan Intoleransi.
“Kita lihat sepanjang karier Pak Ganjar di Jawa Tengah selama 10 tahun, celah-celah radikalisme sangat ditutup oleh beliau. Dan juga kita lihat Pak Mahfud MD sendiri bagaimana saat beliau menjadi Menkopolhukam begitu dengan tegas membubarkan FPI,” katanya.
Oleh karena itu, para ulama dan kiai yang hadir pun sepakat untuk mendukung pasangan Ganjar-Mahfud untuk terus berkomitmen dalam pemberantasan paham radikalisme serta Intoleransi di Indonesia.
Menurut dia, paham radikalisme berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia begitu juga sikap Intoleransi yang dianggap mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat.
“Saya sangat berharap pasangan ini komitmen dan istiqomah ke depannya, memerangi celah-celah radikalisme. Insyaallah, kita berharap karena sejarah pengalaman beliau sudah membuktikan,” kata Kiai Udi.
Lebih lanjut, dia juga membeberkan langkah-langkah yang telah dilaksanakan secara swadaya oleh para pengurus pondok pesantren untuk menangkal paham radikalisme masuk ke para santri dan masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan pihak pondok pesantren menyesuaikan dengan bahasa dan budaya lokal agar mereka bisa lebih mengerti bentuk dan bahaya dari paham radikalisme.
“Yang pertama yang kami tekankan ke masyarakat yaitu, taat kepada ulil amri. Itu hal yang terkecil saja dulu. Setelah itu kita mencintai keberagaman masyarakat. Dan, masih banyak bahasa-bahasa yang kita sampaikan kepada masyarakat tentu dengan pemahaman-pemahaman di masyarakat,” tuturnya. (Red)