Views: 244
BANJAR, JAPOS.CO – Seratusan massa yang mengatasnamakan Aksi Reformasi Pemuda dan Mahasiswa (Aksioma) melakukan unjuk rasa ke Perusahaan Umum Daerah (Perumdam) Tirta Anom Kota Banjar, Selasa (10/10).
Dalam aksinya itu, Aksioma menuntut agar Perumdam Tirta Anom membatalkan kenaikan tarif yang telah diberlakukan sejak Bulan Agustus lalu. Alasan penolakan tesebut, karena Perumdam Tirta Anom tak dapat kualitas layanan yang baik kepada pelanggan. “Selain kondisi airnya keruh, pasokan air juga tak menentu. Bahkan seringkali air tak mengalir. Kalaupun ada pasokan air, tetapi tidak lancar. Hanya menetes dan keruh,” kata Akhmad Dimyati dalam orasinya.
Atas kondisi inilah, Dimyati menegaskan bahwa Aksioma menolak kenaikan tarif Perumdam Tirta Anom. Kalaupun mau menaikan tarif, maka Aksioma menuntut agar pihak Perumdam Tirta Anom terlebih dulu memperbaiki kualitas layanannya. “Ini kan sangat ironis. Kualitas layanan buruk, pasokan air tak ada. Kalaupun ada, kondisi airnya keruh. Tapi PDAM malah menaikkan tarif. Benar-benar tak masuk akal,” tegas Dimyati.
Setelah berorasi, selanjutnya perwakilan massa diperbolehkan masuk Kantor Perumdam Tirta Anom. Kehadiran massa Aksioma ini diterima langsung oleh Dirut Perumdam Tirta Anom Kota Banjar, E. Fitrah Nurkamilah bersama jajaran petinggi perusahaan milik Pemkot Banjar. “Kami menuntut kenaikan tarif air bersih baru yang diberlakukan Perumdam Tirta Anom ditunda saja. Karena, kenaikan ini tak berefek terhadap peningkatan pelayanan lebih baik,” tegas Dimyati.
Faktanya, kata dia, air pasokan Perumdam Tirta Anom kondisinya keruh. “Mengalirnya pun jutjet alias tak stabil,” tegasnya.
Lebih lanjut mantan Wakil Wali Kota Banjar dua periode ini menegaskan, jikalau aspirasi demo pertama tak diperhatikan, dipastikan akan unjukrasa lagi dengan massa lebih besar. “Dimungkinkan izin unjuk rasa ke Polresta Banjar nanti, melebihi 117 orang,” tegas Dimyati.
Menyikapi tuntutan tersebut, Dirut Perumdam Tirta Anom Tirta Anom Kota Banjar, E. Fitrah Nurkamilah mengatakan bahwa aksi tersebut menjadi penyemangat baginya untuk meningkatkan pelayanan air bersih kepada pelanggan. “Aksi massa yang datang meminta perbaikan pelayanan air bersih. Ini sebagai energi positif sekaligus spirit perbaikan. Intinya, aspirasi dari Presiden Aksioma itu, sama dan sesuai harapan kami, Perumdam Tirta Anom kedepan. Hanya saja, keberadaan kami hanya sebagai operator dari kebijakan Owner Perumdam Tirta Anom,” kata Fitrah berkilah.
Terkait aspirasi penundaan kenaikan tarif air bersih Perumdam Tirta Anom, dikatakan Fitrah, aspirasi tersebut segera dikonsultasikan ke Dewan Pengawas Perumdam Tirta Anom dan Owner Perumdam Tirta Anom, yaitu Pemkot Banjar.
Menurutnya, penyesuaian dan penghitungan tarif baru ini berdasarkan Keputusan Wali Kota Banjar Nomor 690/219/2023 tanggal 10 Juli 2023. Seperti tarif jenis pelanggan rumah tangga 2 yang sebelumnya sebesar Rp 4.000 /M3. Saat ini mengalami penyesuaian menjadi Rp 6.800 /M3. Atau, naik rata-rata sekitar 52 persenan. “Penyesuaian tarif baru ini dilakukan karena selama 7 tahun sejak 2016 sampai tahun 2023 tak mengalami kenaikan. Sementara, BBM selama 7 tahun sudah berkali-kali naik, ada yang mencapai 95 persen untuk dexlite dan pertalite mengalami kenaikan sebesar 54 persen,” tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa penyesuaian tarif baru ini sebagai upaya mengimbangi biaya operasional yang terus membesar yang mengakibatkan Perumdam terus merugi.
Terkait kualitas air yang keruh, Fitrah menjelaskan bahwa itu akibat pipa jalur distribusi utama (JDU) Perumdam Tirta Anom Banjar yang dibangun tahun 1979 sampai tahun 2023, atau berusia 44 tahun belum diganti. “Kami sudah ikhtiar maksimal bertahun-tahun mengajukan permohonan revitalisasi JDU yang berusia 44 tahun dan memiliki panjang 21 Km, namun belum direalisiasikan. Padahal, proposal tersebut sudah lama dikirimkan ke Kementrian PU, Provinsi Jabar, Pemkot Banjar dan DPRD Kota Banjar. Dengan datangnya massa yang aksi, kami berharap rencana revitaliasi pipa berusia 44 tahun dikawal sampai direalisasikan. Ini semua bagian dari jihad untuk kebaikan bersama,” pungkasnya. (Mamay)