Views: 183
PANGANDARAN, JAPOS.CO – Populasi lobster di laut Pangandaran terus menurun. Salah satu faktornya yaitu marak penangkapan baby lobster (BBL) oleh para nelayan. Pelaksana Perikanan Tangkap di Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan (DKPKP) Kabupaten Pangandaran, Mega mengatakan penurunan lobster siap konsumsi mulai mengalami penurunan sejak lima tahun terakhir.
Mega mengatakan pada 2017, hasil tangkapan lobster dewasa di Pangandaran sebanyak 4,6 ton dalam setahun. Namun penurunan hasil tangkapan turun drastis pada 2021 yaitu hanya 1,6 ton. “Kemudian tahun 2022 kembali menurun menjadi 1,2 ton dalam setahun. Sementara per Juli 2023 pendapatan lobster di Pangandaran hanya 52,79 Kg,” katanya, Rabu (30/8).
Mega menuturkan lobster yang sudah bisa ditangkap seharusnya mempunyai berat 200 gram hingga 1 kilogram, namun banyak nelayan yang mengambil di bawah ukuran standar. “Padahal lobster dewasa kalau dijual bisa mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta per kilogramnya,” tuturnya.
Plt Kadis KPKP Pangandaran, Bambang mengatakan para nelayan lebih tergiur menangkap baby lobster karena lebih mudah didapat dan dijual. Bambang merinci untuk seekor BBL, nelayan bisa mendapatkan Rp 3 ribu. “Kalau lagi bagus bisa mencapai Rp 15 ribu per ekor. Karena mereka jual ke pengepul, sementara kalau sesuai regulasi harus jual ke budidaya. Namun di Pangandaran belum ada pembudidaya lobster. Artinya mereka jual untuk konsumsi.
Ada pun lokasi pantai di Pangandaran yang terdapat banyak lobster antara lain, Pantai Majingklak, Palatar Agung, Bojes dan Batukaras. Semua sentra nelayan itu berpotensi terdapat lobster mulai dari Kalipucang hingga Cimerak,” katanya.
Bambang mengaku tidak bisa berbuat banyak karena untuk larangan penangkapan hewan di laut, kewenangan itu ada di DKPKP Jabar dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. (Mamay)
