Views: 38
MAJALENGKA, JAPOS.CO – Pelayanan serentak vasektomi atau kontrasepsi metode operasi pria (MOP) selama dua hari, 21-22 April 2025, berhasil memecahkan rekor. Selama dua hari tersebut, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat melayani 2.000 akseptor.
Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatatnya sebagai “Rekor Pelayanan Vasektomi Serentak dengan Jumlah Akseptor Terbanyak”. Jumlah ini memecahkan rekor kategori yang sama beberapa tahun sebelumnya sebanyak 1.500 akseptor. Pelayanan serentak tahun ini berlangsung di 190 kabupaten/kota dan 195 fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.
“Alhamdulillah sudah dicek dan layak dicatat sebagai rekor baru. Sampai saat ini (pada saat diumumkan), jumlah aksektor yang dilayani sebanyak 1.431 orang atau 71,55 persen. Jumlah yang dihitung adalah yang berhasil dilayani sampai sore karena pelayanan masih terus berjalan. Jumlah yang daftar (termasuk yang belum dilayani) sudah memenuhi untuk masuk rekor MURI,” ungkap Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji di Islamic Center Majalengka, Jawa Barat, Selasa (22/4).
Yang membuatnya istimewa, tutur Wihaji, karena pemecahan rekor MURI tersebut bertepatan dengan momentum Hari Kartini. Pemecahan rekor menjadi bagian dari semangat kebersamaan suami dan istri dalam mendukung upaya pengendalian penduduk melalui keluarga berencana (KB).
“Ini menjadi penghormatan terhadap peringatan Hari Kartini. Dengan menjadi akseptor vasektomi, alhamdulillah para suami bisa turut merasakan suasana kebatinan dengan para istri. Ini bagian dari semangat kebersamaan antara suami dan istri,” tutur Wihaji.
Wihaji menegaskan bahwa upaya pengendalian penduduk bukan semata menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Dalam situasi tertentu, seorang perempuan tidak bisa menjadi Akseptor KB. Alasannya beragam, termasuk faktor kesehatan yang tidak memungkinkan seorang perempuan mengonsumsi atau dipasang alat dan obat kontrasepsi. Karena itu, pria bisa mengambil peran sebagai akseptor, baik melalui vasektomi maupun penggunaan kondom. Pemerintah turut berupaya melakukan percepatan melalui pelayanan serentak pada momentum-momentum tertentu maupun pelayanan reguler di fasilitas kesehatan.
Tentu, tidak semua pria juga bisa serta-merta menjalani vasektomi. Ada sejumlah syarat yang wajib dipenuhi manakala seorang suami memutuskan untuk vasektomi. Syarat itu meliputi jumlah anak yang telah dimiliki, usia, serta persetujuan pasangan.
“(Agar) tidak disalahgunakan, maka syaratnya tiga. Sedikitnya memiliki dua anak, kemudian umurnya tidak kurang dari 35 tahun. Seorang suami juga harus mendapat persetujuan istri. Syarat ini berlaku sama dengan perempuan yang akan menjalani tubektomi atau KB metode operasi wanita (MOW),” tegas Wihaji.
Selain pelayanan vasektomi secara serentak, BKKBN juga menyelenggarakan pelayanan MOW atau tubektomi. Bedanya, pelayanan tidak dilakukan serentak di seluruh Indonesia, melainkan terpusat di Islamic Center Majalengka pada Selasa, (22/4).
“Pelayanan berlangsung sehari penuh dengan jumlah akseptor yang dilayani sebanyak 300 orang dari seluruh daerah di Kabupaten Majalengka. Peminatnya banyak karena memang biaya MOW ini cukup mahal jika dilakukan dengan biaya mandiri. Sementara kami memberikan pelayanan tanpa pungutan biaya apapun,” tandas Wihaji. (Mamay)