BeritaRiau

Kepsek SMPN 37 Pekanbaru Batalkan Perpisahan, Ini Penjelasannya

×

Kepsek SMPN 37 Pekanbaru Batalkan Perpisahan, Ini Penjelasannya

Sebarkan artikel ini
Kepsek SMPN 37 Indrawaty dan Ketua paguyupan Halimah memberikan arahan kepada anak murid di halaman sekolah.

Views: 842

PEKANBARU, JAPOS.CO – Kepala Sekolah SMP Negeri 37 Pekanbaru, Indrawaty, SPd MSi memutuskan untuk membatalkan  kegiatan perpisahan siswa kelas IX. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai masukan dan pemberitaan, situasi internal sekolah, serta pertimbangan pribadi sebagai pimpinan sekolah menjelang masa pensiun.

Indrawaty menjelaskan, rencana awal perpisahan muncul dari inisiatif para orang tua siswa yang tergabung dalam Paguyuban Kelas. Menurutnya, beberapa waktu sebelum bulan Ramadan, sejumlah perwakilan orang tua mengadakan pertemuan dengan wali kelas masing-masing. Mereka menyampaikan keinginan agar anak-anak mereka bisa fokus belajar menjelang ujian, sekaligus membahas rencana perpisahan usai ujian.

“Mereka datang dan menyampaikan, ‘Bu, kami berharap jauh-jauh hari anak-anak mempersiapkan diri untuk ujian. Dan setelah ujian nanti, kami ingin ada perpisahan sederhana,’” tutur Indrawaty menirukan pernyataan orang tua siswa.

Kepada media, Indrawaty menyampaikan bahwa dalam pertemuan tersebut, para orang tua juga menyampaikan kesediaan mereka untuk urunan. Disepakati secara mufakat bahwa kontribusi per anak sebesar Rp200.000, mengacu pada kegiatan perpisahan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, tidak seluruh siswa mampu membayar. Dari 35 siswa per kelas, rata-rata hanya 27 orang yang dapat berpartisipasi secara penuh. Sisanya, tetap diikutsertakan dalam kegiatan tanpa beban biaya.

“Saya tekankan, jangan sampai ada penetapan nominal mutlak. Kalau ada yang hanya mampu Rp100.000, kita terima. Bahkan kalau tidak sanggup sama sekali, tetap kita rangkul. Bisa dilakukan subsidi silang,” ungkapnya.

Meski mendukung partisipasi orang tua, Indrawaty mengaku sejak awal enggan terlibat dalam penyelenggaraan perpisahan secara langsung karena alasan situasi serta dirinya yang segera memasuki masa pensiun.

“Saya tidak ingin di akhir masa dinas saya, nama saya tercoreng hanya karena kegiatan seperti ini. Puluhan tahun saya berdinas tanpa catatan buruk. Saya ingin menjaga itu,” tegasnya.

Situasi mulai berubah ketika isu perpisahan tersebut mencuat dan menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk pejabat dinas pendidikan dan DPRD. Bahkan, Indrawaty mengaku sempat ditelepon oleh pejabat dari dinas terkait serta menerima kiriman informasi dari media.

“Setelah saya dikirimi tautan berita oleh Pak Irfan, saya langsung telepon beliau di hadapan para wakil kepala sekolah. Saya sampaikan, ‘Siap, Pak. Saya amankan arahan.’ Sejak saat itu, tidak ada lagi pembicaraan soal perpisahan,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan kekecewaannya karena adanya laporan dari salah satu orang tua murid yang menyebutkan seolah-olah sekolah memaksakan pungutan. Padahal, menurut Indrawaty, pihak sekolah tidak pernah menetapkan kewajiban pembayaran.

“Berapa banyak bantuan yang saya berikan kepada siswa selama ini, dari uang pribadi, zakat, sampai pakaian. Tapi itu tidak pernah dipublikasikan. Kalau memang saya niat mencari keuntungan dari kegiatan sekolah, tentu bukan caranya begini,” ucapnya sambil menahan haru.

Dikonfirmasi lebih lanjut, Indrawaty menyatakan bahwa ia telah secara resmi membatalkan rencana perpisahan pada hari itu juga. Ia memanggil para wali kelas dan menyampaikan agar tidak lagi membicarakan perpisahan kepada siswa maupun orang tua.

“Saya kumpulkan wali kelas IX, saya tegaskan bahwa tidak ada perpisahan. Setelah ujian, cukup kita adakan salam-salaman, selesai. Tidak ada makan-makan, tidak ada acara formal. Ini keputusan saya sebagai kepala sekolah,” ujarnya.

Meskipun beberapa orang tua siswa telah lebih dahulu menyetor uang secara mengangsur, Indrawaty menegaskan bahwa seluruh dana yang telah masuk akan dikembalikan.

“Mungkin hanya tiga atau empat orang yang sudah bayar lunas. Saya sudah minta data lengkap ke Ketua Paguyuban. Semua akan kami kembalikan,” katanya.

Indrawaty juga menyampaikan harapannya kepada pihak media agar lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar. Ia menilai seharusnya media melakukan konfirmasi langsung sebelum memberitakan, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

“Kalau ada isu seperti ini, datanglah ke sekolah. Konfirmasi ke kami. Jangan langsung ditulis, karena kami juga punya tanggung jawab moral sebagai pendidik,” tutupnya.

Dengan pembatalan resmi ini, SMP Negeri 37 Pekanbaru tidak akan mengadakan perpisahan bagi siswa kelas IX pada tahun ini. Kepala sekolah menegaskan, fokus utama sekolah saat ini adalah menyukseskan ujian akhir dan memastikan seluruh siswa mendapatkan pelayanan pendidikan yang adil dan manusiawi. (AH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *