Views: 48
KOTA PEKALONGAN, JAPOS.CO – Menyikapi kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan yang menetapkan Masa Darurat Sampah, SD Negeri Podosugih 1 menunjukkan komitmen nyata dengan berperan aktif melalui berbagai program dan kegiatan yang mengedepankan edukasi lingkungan serta penerapan pengelolaan sampah di lingkungan sekolah.
Kepala SDN Podosugih 1, Resti Pramita saat dikonfirmasi melalui telepon, Rabu (16/4/2025) menyampaikan bahwa sebelum masa darurat sampah ini, pihak sekolah telah membiasakan memberikan edukasi kepada peserta didik terkait penanganan sampah dengan membuang sampah sesuai jenisnya. Namun saat ini, pihak sekolah terus berupaya menggenjot upaya cepat dengan merancang sejumlah kegiatan sebagai bentuk dukungan terhadap usaha pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah yang semakin mendesak.
“Saat ini kami tengah mengimplementasikan tema pengelolaan sampah dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5. Tema ini kami integrasikan dengan berbagai kegiatan edukatif seperti sosialisasi jenis-jenis sampah-organik dan anorganik, baik melalui pembelajaran di dalam kelas maupun aktivitas luar kelas,” jelasnya.
Sebagai bentuk keseriusan, SDN Podosugih 1 telah menyediakan fasilitas berupa tempat pemilahan sampah di beberapa titik strategis di lingkungan sekolah. Pemilahan ini akan ditindaklanjuti dengan kerja sama Bank Sampah yang ada di Kota Pekalongan dalam program,”Tukar Sampah”.
“Kami terus menanamkan budaya memilah sampah kepada siswa. Para guru secara aktif memberikan edukasi dan pengingat, terutama saat jam istirahat, agar setiap siswa bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan,” lanjutnya.
Selain itu, disampaikan Resti sekolah juga melaksanakan Gerakan Jumat Bersih secara rutin, yang melibatkan seluruh warga sekolah. Siswa dihimbau untuk membawa tumbler sebagai pengganti botol plastik sekali pakai, serta mengurangi penggunaan wadah makanan berbahan styrofoam dan plastik yang sulit terurai.
Ia mengungkapkan bahwa respon dari seluruh elemen sekolah, baik guru, siswa maupun orang tua, sangat positif. Kolaborasi dengan orang tua juga dibangun melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk grup WhatsApp, untuk memastikan pesan dan praktik baik ini juga diterapkan di rumah.
“Kami ingin mengajak seluruh pihak, tidak hanya warga sekolah, tetapi juga masyarakat luas, untuk bersama-sama menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pemilahan dan pengelolaan sampah. Membawa bekal tanpa kemasan sekali pakai dan menggunakan wadah yang dapat dipakai ulang merupakan langkah sederhana namun berdampak besar,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia berharap bahwa momentum Masa Darurat Sampah ini menjadi titik awal terbentuknya budaya bersih dan peduli lingkungan di kalangan generasi muda.
“Target kami bukan sekadar gerakan sesaat, namun menjadi pembiasaan jangka panjang. Kami ingin siswa menjadi agen perubahan, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Semoga langkah kecil yang kami lakukan ini dapat berkelanjutan dan menjadi kontribusi nyata dalam mewujudkan Kota Pekalongan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan,” tutupnya.(sofi)