BeritaJawa Tengah

Pemkot Pekalongan Kerjasama Dengan Belanda terkait Pengelolaan Limbah Batik

×

Pemkot Pekalongan Kerjasama Dengan Belanda terkait Pengelolaan Limbah Batik

Sebarkan artikel ini
Pemkot Pekalongan Gelar Kerjasama Pengelolaan Limbah Batik.di Aula Jlamprang Setda Kota Pekalongan

Views: 81

KOTA PEKALONGAN, JAPOS.CO – Empat (4) kelurahan di Kota Pekalongan menjadi pilot project program Green Batik. Program ini terlaksana berkat kerja sama antara Pemkot Pekalongan dengan Belanda. Dalam program ini, nantinya ada pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) batik di empat kelurahan, yakni Setono, Gamer, Jenggot, dan Bendan Kergon (Pesindon). Hal ini terungkap dalam kegiatan Kick Off Green Batik Pekalongan Pilot Project: From Tradition to Innovation di Ruang Jlamprang Setda Kota Pekalongan, Senin siang (14/4/2025). Kegiatan tersebut dibuka oleh Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid atau yang akrab disapa Mas Aaf.

Mas Aaf mengungkapkan bahwa, Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik Dunia dan produsen batik terbesar di Indonesia. Kendati demikian, saat ini limbah batik masih menjadi masalah yang belum teratasi.

“Alhamdulillah ada kerja sama dengan Belanda untuk mengelola limbah batik. Tujuannya agar limbah batik bisa ditangani. Saya minta semua berkomitmen agar di Tahun 2027 limbah batik bisa selesai,” terangnya.

Menurutnya, disamping pengelolaan limbah batiknya, dalam program ini, ia berharap bisa diintegrasikan juga dengan pengelolaan limbah sampah.

“Walaupun sektor ekonomi khususnya di bidang tekstil masih mengalami penurunan, tidak begitu berimbas pada sektor batik yang menjadi seni dan kreativitas masyarakat. Target kami Tahun 2027 program ini selesai dan bisa dijalankan dengan baik,” tuturnya.

Sementara itu, Netherlands Delegated Representative on Water, Ivo Van Der Linden mengatakan bahwa, Belanda dan Indonesia telah lama menjalin kemitraan di bidang air. Kota Pekalongan memasok lebih dari 70 persen permintaan batik dalam negeri. Namun, metode produksi konvensional merusak ekosistem di sungai.

Untuk mengatasi permasalahan air limbah dan air terkait batik, pemerintah Belanda telah berkomitmen untuk bekerja sama dengan Pemkot Pekalongan (Bapperida) sejak tahun 2020. Badan Air (2022–2023) melakukan Solutions Matchmaking, Deltares dan Universitas Diponegoro (2021) melakukan Studi Ruang Lingkup, Royal Haskoning DHV (2021–2022) menghasilkan Laporan Solusi untuk Air Limbah, dan program Blue Deal (berkelanjutan) memberikan saran dan pelatihan teknis.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kota Pekalongan, Cayekti Widigdo menjelaskan, program ini akan dimulai tahun 2025 hingga 2027. Anggaran yang disediakan sebesar 500.000 uero selama tiga tahun.

“Ada enam fase dalam program ini. Tiga fase pada tahun 2025, fase selanjutnya pada tahun 2026 dan closing pada Januari 2027,” jelasnya.

Lebih lanjut Cayekti menjelaskan, fase 1-3 pada 2025 dimulai dari kajian, analisis data, desain teknis, dan implementasi pembangunan IPAL batik di Pesindon, Gamer, Setono, dan Jenggot. Selanjutnya pada 2026 hingga awal tahun 2027,  tahap peningkatan/ pengembangan dan replikasi, green batik center, dan promosi.

“Pilot project pertama ditargetkan selesai tahun 2025. Tahun 2026 replikasi dan pengembangan di beberapa tempat produksi batik yang lain sehingga bertambah banyak,” imbuhnya.

Dengan demikian, keinginan agar batik maju dan lingkungan bersih bisa terwujud.

Program Green Batik melibatkan the Water Agency, Resilience, Universitas Pekalongan  (Unikal), Saxion University of Applied Sciences, dan Dutch Water Operators. Selain itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Dutch Water Authoritics. (Sofi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Views: 81 TANGERANG, JAPOS.CO – Lurah Pakuhaji, Muhamad Sanusi, SH, MSi, memimpin langsung kegiatan pembersihan sampah di wilayah Kampung Rawakalong, Kelurahan Pakuhaji, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, baru-baru ini. Kegiatan…