Views: 74
KAJEN, JAPOS.CO – Megono merupakan makanan khas kabupaten Pekalongan yang sudah ada sejak dahulu. Tradisi megono gunungan berasal dari tradisi Syawalan yang dilakukan secara sederhana oleh masyarakat di rumah atau di masjid.
Berdasarkan buku Tradisi Syawalan di Pekalongan oleh Mukhammad Kam Taufiq, tradisi ini menjadi agenda tahunan masyarakat Pekalongan setelah adanya musyawarah warga dengan Dinas Pemerintah.
Setelah musyawarah tersebut, tradisi ini dilakukan di objek wisata Linggoasri setiap hari kedelepan bulan Syawal. Acara tersebut menggunakan 20 kg beras ketan dan dibuat menjadi gunungan rakasasa dengan sayur gori atau nangka.
Hingga kini, tradisi ini masih dilestarikan karena mengandung nilai silaturahmi, nilai ekonomi, dan nilai sosial budaya yang sangat kuat.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pekalongan sukses menyelenggarakan tradis tahunan Syawalan Gunungan Megono di Obyek Wisata Linggoasri, Kajen, Kabupaten Pekalongan, pada Senin waktu setempat.(07/04/2025).
Tradisi tahunan ini menjadi puncak perayaan Syawalan dengan kemasan budaya khas Pekalongan yang sarat makna kebersamaan dan rasa syukur.
Ribuan masyarakat dari berbagai penjuru Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya tampak tumpah ruah memadati lokasi untuk menyaksikan kirab gunungan dan berebut gunungan megono dan gunungan hasil bumi dari 19 kecamatan se-Kabupaten Pekalongan yang diyakini membawa keberkahan.
Dalam kegiatan tersebut, Bupati Pekalongan, Fadia Arafiq, turut hadir menyaksikan kirab bersama suaminya, Ashraff Abu—anggota DPR RI Komisi X sekaligus Ketua Dekranasda Kabupaten Pekalongan. Hadir pula Wakil Bupati Pekalongan, Sukirman, Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan Abdul Munir, serta perwakilan Forkopimda.
Bupati Fadia dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Pekalongan untuk melestarikan tradisi syawalan gunungan megono di Kabupaten Pekalongan sehingga tradisi tersebut bisa lebih dikenal luas.
“Saya berpesan kepada masyarakat semua ayo kita lestarikan budaya megono syawalan ini menjadi kebanggaan Kabupaten Pekalongan yang juga menjadi kebanggaan kita semua, sehingga Kabupaten Pekalongan bisa terkenal bukan hanya disekitarnya tapi se-nusantara ,” ujarnya.
Senada dengan itu, Wakil Bupati, Sukirman, menyebut bahwa tradisi ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan wujud syukur, simbol kebersamaan, dan cermin kearifan lokal.
“Megono makanan kita sehari-hari sebagai kuliner khas Pekalongan, tentu bukan sekedar makanan tetapi juga simbol kesederhanaan, kebersamaan, dan gotong royong. Setiap gotongan megono yang berasal dari olahan nangka muda atau gori diolah bersama rempah-rempah mencerminkan harmoni dalam perbedaan seperti kehidupan masyarakat Pekalongan yang beragam namun rukun dan bersatu.,” jelasnya.
Dalam kegiatan tersebut, Bupati dan Wakil Bupati Pekalongan berkesempatan melakukan penyerahan penghargaan dan uang pembinaan kepada para pemenang Lomba Kirab Gunungan Hasil Bumi dan Potensi Lokal Tradisi Syawalan 2025, yang terdiri dari Juara 1 Kecamatan Talun, Juara 2 Kecamatan Wiradesa, Juara 3 Kecamatan Lebakbarang, Juara Kategori Terfavorit Kecamatan Wonokerto, Juara Kategori Tekompak Kecamatan Kesesi, Juara Kategori Terunik Kecamatan Karanganyar, Juara Kategori Terheboh Kecamatan Wonopringgo dan Juara Kategori Terinspiratif Kecamatan Tirto.(INA)