BeritaSumatera Barat

Annisa Menjawab Keraguan: Satu Bulan, Seribu Langkah untuk Dharmasraya

×

Annisa Menjawab Keraguan: Satu Bulan, Seribu Langkah untuk Dharmasraya

Sebarkan artikel ini
Annisa Menjawab Keraguan: Satu Bulan,Seribu Langkah Untuk Dharmasraya.

Views: 134

DHARMASRAYA, JAPOS.CO – Satu bulan pertama kepemimpinan Annisa Suci Ramadhani sebagai Bupati Dharmasraya mulai membalikkan skeptisisme publik. Dilantik pada 20 Februari 2025 oleh Presiden Prabowo, bupati muda sekaligus perempuan pertama yang memimpin daerah konservatif ini menjawab keraguan bukan dengan janji, melainkan aksi nyata.

Sejak hari pertama, Annisa menepis euforia kekuasaan. Tak ada pesta pelantikan. Ia langsung menggelar rapat kerja dengan seluruh kepala OPD, bahkan secara daring dari Magelang, tempat ia mengikuti retreat.

Pesannya lugas: aparatur harus melayani, anggaran wajib tepat guna, dan pembangunan tak boleh hanya menjadi laporan di atas kertas.

Ketika banjir melanda beberapa wilayah, Annisa hadir langsung ke lokasi. Ia memimpin penanganan, mendengarkan keluhan warga, tanpa protokoler yang membatasi. “Beliau hadir tanpa sekat, kami merasa dihargai,” ujar warga Nagari Banai.

Annisa membuka realita fiskal daerah yang memprihatinkan: PAD stagnan dan ketergantungan tinggi pada DAU. Dalam Musrenbang RKPD 2026, ia tampil menguasai data dan strategi, memantik apresiasi lintas sektor.

Gebrakannya: menunda pengadaan mobil dinas, memilih menggunakan kendaraan lama. Edaran pelarangan gratifikasi juga langsung diteken. Ini bukan retorika antikorupsi—ini implementasi.

Menyadari keterbatasan APBD, Annisa menjajaki kementerian dan BUMN di Jakarta. Ia menemui Wamen PUPR, Telkom, hingga PLN, memperjuangkan infrastruktur dasar untuk nagari-nagari yang masih terisolasi, seperti Desa Jao dan wilayah blank spot.

Ia juga merangkul tokoh nasional seperti Andre Rosiade untuk percepatan program lintas sektor.

Putri dari Marlon Martua ini tampil membumi. Ia duduk bersama rakyat, menolak jarak protokoler, dan hadir sebagai pemimpin yang merakyat. Tapi di Jakarta, ia tampil percaya diri dan strategis, tahu kapan bicara data dan kapan bicara diplomasi.

Momen Salat Idul Fitri di Masjid Agung jadi panggung moral: pesannya tentang persatuan dan ukhuwah disampaikan dengan keikhlasan yang menyentuh.

Sebagai perempuan di panggung politik maskulin, Annisa hadir tanpa defensif. Ia menjawab beban ganda dengan kerja konkret, komunikasi terbuka, dan keputusan berani.

“Saya tidak ingin menjawab keraguan dengan pernyataan, saya ingin menjawabnya dengan kerja nyata,” katanya saat kampanye. Dan kini, itu terbukti.

Dalam satu bulan, Annisa menjelma dari simbol menjadi figur transformatif. Gaya kepemimpinannya rasional, progresif, dan empatik. Dharmasraya bukan sekadar punya pemimpin baru—tetapi juga harapan baru.(YN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *