Scroll untuk baca artikel
BeritaJawa Barat

Indonesia Emas 2045, Hanya Bisa Dicapai Melalui Grand Desain Pembangunan Kependudukan

×

Indonesia Emas 2045, Hanya Bisa Dicapai Melalui Grand Desain Pembangunan Kependudukan

Sebarkan artikel ini
Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ Sestama BKKBN, Prof. Budi Setiyono menegaskan bahwa bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif mendominasi struktur kependudukan. (Foto:Mamay)

Views: 759

BANDUNG, JAPOS.CO – Grand Desain Pembangunan Kependudukan diyakini Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ Sestama BKKBN, Prof. Budi Setiyono, Ph.D, sebagai cara untuk memanfaatkan bonus demografi di Indonesia. “Mengapa kita perlu mencapai Indonesia Emas 2045 ? Ini agar bangsa Indonesia bisa berdiri secara sejajar dengan bangsa lain yang telah maju, “ kata Prof. Budi.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Berbicara dalam kegiatan “Penyelarasan Program Prioritas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pembangunan Keluarga Menuju Jawa Barat Istimewa,” di Aula Unikom Bandung, Kamis (13/2), Budi memaparkan bahwa bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif mendominasi struktur kependudukan. “Bonus demografi itu tidak otomatis akan mendatangkan manfaat. Harus ada upaya sungguh-sungguh agar bonus termanfaatkan.  Kuncinya ada pada perencanaan pembangunan berbasis kependudukan, “ paparnya.

Prof. Budi yang pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Diponegoro menjelaskan tantangan struktur kependudukan dalam bonus demografi. “Kenyataannya, dari 190 jt penduduk usia produkif, hanya 61 jt yang memiliki NPWP/NIK. Hanya 30 persen usia produktif berkontribusi secara fiskal pada pembangunan negara. Sisanya, 130 jt adalah beban dan menumpang pada 61 jt yang produktif, ” jelasnya.

Hal yang sama disampaikan Plh. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, DR. dr. Dodo Suhendar, MM. Menurutnya, masalah ini relevan dengan kondisi Jawa Barat. Jawa Barat adalah gambaran sahih pembangunan di Indonesia. “17.8 persen penduduk Indonesia ada di Jawa Barat, demikian pula masalah-masalah di lingkup pembangunan keluarga sebagai dampaknya. Ada 3 jt pengangguran, angkanya hingga 6.75 persen. Angka kemiskinan cukup tinggi, 7.08 persen, sementara dengan angka IPM 74.92 Jawa Barat menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah,” ungkap Dodo.

Kegiatan yang mengundang para pemangku kebijakan di bidang pembangunan keluarga di tingkat provinsi dan 27 kabupaten/ kota di Jawa Barat ini membahas pula isu-isu seputar Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Jawa Barat.

Wakil Menteri PPA, Veronica Tan yang hadir secara daring menyoroti berbagai masalah seputar isu keluarga di Jawa Barat seperti angka pernikahan anak terbanyak dan perceraian tertinggi. “Isu isu perempuan dan anak dalam pembangunan, mesti lebih responsif pada kesetaraan gender. Indeks pembangunan gender sebagai indikatornya harus terus didorong agar lebih banyak melibatkan perempuan dalam berbagai program pembangunan. Selain itu pembangunan harus mampu menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kuncinya adalah pengasuhan dalam keluarga. Harus dibuat ruang-ruang bersama untuk kolaborasi di antara pemerintah pusat dan daerah, berfokus pada pembangunan keluarga yang ramah perempuan dan anak,” jelasnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, dr. Siska Gerfianti, SP.DLP., MH.Kes, sebagai penyelenggara kegiatan berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadi bagian strategis dari perencanaan pembangunan di Jawa Barat. “Keterlibatan seluruh sektor menjadi penting, terutama perangkat daerah di provinsi dan kabupaten/kota yang bersinergi dengan pemangku kebijakan di tingkat pusat. Kami berharap isu-isu seputar pembangunan keluarga ini dapat diselesaikan bersama demi Jawa Barat Istimewa,” pungkasnya. (Mamay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *