Views: 211
CIAMIS, JAPOS.CO – Pemerintah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis terus menggiatkan dan semakin memperbanyak agenda gelar seni dan budaya daerah, dalam rangka memperkuat sektor pariwisata.
“Penguatan sektor budaya dan olahraga serta pariwisata menjadi salah satu fokus utama kami, sebagai upaya memacu
perekonomian daerah maupun masyarakat,” kata Kadisbudpora Ciamis, H. Dadang Darmawan selepas kegiatan pagelaran Opera Gending Karesmen Ciung Wanara yang digelar Senin, (30/12)
pukul 19.00 WIB di Amphiteater Pusat Budaya Karangkamulyan Ciamis.
H Dadang menekankan, penguatan sektor pariwisata melalui pertunjukan kebudayaan di Kabupaten Ciamis masih sangat potensial untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Pihaknya ingin
sektor penopang ekonomi Kabupaten Ciamis menjadi semakin beragam, sehingga tak hanya berpusat pada hasil sumber daya alam ataupun sektor perkebunan maupun pertanian saja.
“Setelah dibangunnya Amphiteater Pusat Budaya Karangkamulyan Ciamis, nyatanya sukses menjadi ikon baru bagi Kabupaten Ciamis dan kian menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara selain adanya Gong Perdamaian yang ditempatkan di obyek vital Karangkamulyan ini, “ ungkapnya.
Oleh karenanya, kata H. Dadang, Pemkab Ciamis melalui Disbudpora pun terus
menggiatkan berbagai agenda seni dan budaya daerah, di antaranya dengan berpusat di kawasan Obyek Wisata Karangkamulyan Ciamis. Hampir di setiap minggunya ataupun secara berkala digelar berbagai agenda seni dan budaya di obyek wisata Karangkamulyan ini.
“Tampak masyarakat pun sangat antusias setiap dilaksanakannya agenda-agenda tersebut, “ katanya.
Sekdisbudpora Ciamis, Rd. Ega Anggara Al Kautsar menambahkan, salah satunya yang
baru saja pihaknya selenggarakan yakni pada senin malam, pagelaran seni budaya bertajuk
“Opera Gending Karesmen Ciung Wanara”. Gelaran ini juga bertepatan dengan menyambut tahun baru 2025. “Alhasil, pertunjukan seni yang berlangsung sejak pukul 19.00 WIB ini tidak hanya menarik masyarakat lokal Kabupaten Ciamis saja, tetapi juga dihadiri oleh para pengunjung dari kabupaten/kota tetangga, seperti Kota Banjar dan Kabupaten Tasikmalaya.
Bahkan ada wisatawan dari mancanegara yang kebetulan melintas akan ke Pangandaran, mampir dulu melihat pagelaran Opera Gending Karesmen Ciung Wanara, dan tampak mereka begitu
antusias tidak beranjak dari arena lokasi pertunjukan sampai selesai, “ tutur Ega
Kegiatan ini, kata Ega, dimeriahkan oleh berbagai sanggar seni dan komunitas budaya yang menampilkan ragam kekayaan seni tradisional khas Ciamis yang kental dengan nuansa Galuhnya. Para penampil dengan penuh dedikasi dan kreativitas membawa warna budaya lokal ke atas panggung, menyuguhkan tarian, musik, dan ekspresi seni yang memukau hadirin.
“Kehadiran masyarakat dari berbagai daerah menunjukkan bahwa seni budaya kita memiliki daya tarik yang kuat. Ini merupakan momentum penting untuk mempromosikan kekayaan seni budaya Kalimantan Tengah kepada masyarakat luas,” kata Ega.
Pegawai Disbudpora Peragakan Kisah Epik Ciungwanara
Sementara itu berdasarkan pantauan japos.co, kisah epik Ciungwanara yang digelar, Senin, (30/12) pukul 19.00 WIB di Amphiteater Pusat Budaya Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis. Bertajuk Opera Gending Karesmen Ciungwanara ini persembahan pagelaran akhir tahun 2024 dari Disbudpora Kabupaten Ciamis.
Pagelaran budaya ini tidak diperankan oleh para seniman, namun digelar oleh para
pegawai Disbudpora Kabupaten Ciamis. Pagelaran yang digelar mulai pukul 19.00 WIB tersebut membawakan kisah Ciungwanara sebagai legenda yang berasal dari tatar Galuh Ciamis.
Ciungwanara, pahlawan dari Kerajaan Galuh, terlahir dari sebuah konspirasi yang penuh intrik dan pengkhianatan. Namun, takdir berkata lain saat bayi tersebut ditemukan oleh seorang petani dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Namanya, Ciungwanara, mencerminkan kekuatan dan kecerdikan yang dimilikinya.
Dewasa, Ciungwanara mengetahui asal usulnya dan memutuskan untuk merebut kembali haknya sebagai pewaris tahta Kerajaan Galuh.
Dengan kecerdikan dan kekuatan yang dimilikinya, ia berhasil memenangkan
pertarungan sabung ayam melawan raja dan meminta setengah dari kerajaan sebagai imbalannya.
Namun, konflik tidak bisa dihindari ketika saudaranya, Hariang Banga, tidak terima dengan penjara ibunya, Dewi Pangrenyep.
Perang saudara pun terjadi di Kerajaan Galuh, namun akhirnya perdamaian tercapai setelah mereka menyadari bahwa persatuan dan perdamaian lebih penting daripada pertikaian di antara mereka. Hariang Banga pun mendirikan kerajaan baru di timur dan dikenal sebagai Jaka Susurah, sementara Ciung Wanara memerintah Kerajaan Galuh dengan bijaksana dan damai bersama rakyatnya.
Kisah Ciung Wanara menjadi simbol nilai-nilai budaya Sunda yang kaya, mengajarkan
tentang cinta tanah air dan pentingnya menjaga hubungan baik dalam keluarga.
Dengan perjuangan, kecerdikan, dan ketulusan hati, Ciung Wanara berhasil menjadi pahlawan yang dihormati dan diingat oleh masyarakat Sunda hingga saat ini. Legenda ini menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk selalu berjuang untuk kebenaran dan perdamaian di tengah-tengah konflik yang ada.
Dan semua pertunjukan Opera Gending Karesmen Ciung Wanara tersebut diperagakan serta dipertontonkan dengan epik oleh para pegawai Disbudpora Ciamis dan mendapat aplaus dari masyarakat yang menyaksikan pertunjukan tesebut. (Mamay)