Views: 62
PADANG, JAPOS.CO – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang telah selesai pada 27 November kemarin menjadi tonggak baru bagi demokrasi di daerah. Sebelum ini, masyarakat terpecah dalam dinamika persaingan politik, masing-masing mendukung jagoannya untuk memenangkan kursi kepemimpinan.
Namun, setelah hiruk-pikuk itu usai, tibalah saatnya untuk merajut kembali tali silaturahmi yang sempat renggang akibat perbedaan pilihan.
Dalam perjalanan menuju Pilkada, tak sedikit yang terjebak dalam praktik saling serang, saling membully, hingga ucapan kasar di media sosial atau dalam percakapan sehari-hari. Fenomena ini memang bukan hal baru dalam kehidupan demokrasi kita.
Persaingan politik sering kali memicu emosi dan semangat berlebihan, sehingga lupa bahwa lawan politik bukanlah musuh, melainkan saudara sebangsa.
Namun, saat pemimpin baru telah terpilih, semua pihak harus kembali ke pangkuan kebersamaan. Kemenangan salah satu pihak bukan berarti kekalahan total bagi pihak lain.
Sebaliknya, kemenangan itu adalah hasil keputusan kolektif masyarakat melalui proses demokrasi. Kini, tugas semua pihak adalah mendukung program-program pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan bersama, tanpa melihat perbedaan latar belakang politik.
Kehidupan politik yang sehat tidak boleh berhenti pada perbedaan pendapat. Perbedaan adalah keniscayaan, namun tetap harus dilandasi dengan saling menghormati.
Proses demokrasi yang baik sejatinya mengajarkan kita untuk menerima hasil akhir dengan jiwa besar dan lapang dada. Sikap tersebut menjadi modal penting dalam membangun harmoni sosial pasca Pilkada.
Bagi para pendukung, sudah saatnya menahan diri dari provokasi, baik yang berasal dari dalam diri maupun lingkungan sekitar.
Media sosial yang selama beberapa bulan terakhir dipenuhi ujaran kebencian dan berita-berita provokatif, kini dapat beralih fungsi menjadi ruang berbagi kabar baik dan inspirasi positif.
Sebab, demokrasi bukan hanya soal memenangkan pertarungan politik, melainkan juga soal menjaga keharmonisan dalam keberagaman.
Para tokoh masyarakat, pemuka agama, dan pemimpin lokal juga memiliki peran penting dalam mendorong rekonsiliasi. Mereka bisa menjadi penghubung bagi pihak-pihak yang berselisih, sekaligus memberikan teladan dalam merajut persaudaraan.
Dalam konteks ini, pemimpin terpilih juga memiliki tanggung jawab besar untuk merangkul semua pihak, termasuk mereka yang sebelumnya menjadi lawan politik.
Tidak dapat disangkal, luka akibat perpecahan selama proses Pilkada mungkin masih membekas. Namun, luka itu harus segera diobati dengan semangat kebersamaan.
Membangun kembali kepercayaan antarwarga adalah tugas bersama, dan hal ini memerlukan pendekatan yang tulus dan inklusif. Dalam suasana ini, dialog antar kelompok masyarakat perlu terus didorong, sebagai upaya menghapus sekat-sekat yang terbentuk selama masa kampanye.
Pilkada juga mengajarkan kita pentingnya pendidikan politik bagi masyarakat. Rendahnya pemahaman politik sering kali menjadi akar dari gesekan sosial.
Oleh karena itu, di masa mendatang, perlu ada upaya kolektif untuk meningkatkan literasi politik agar masyarakat dapat lebih bijak dalam menghadapi dinamika politik.
Pilkada telah usai. Euforia kemenangan atau kekecewaan atas hasil yang diraih adalah bagian dari perjalanan demokrasi. Namun, mari kita ingat bahwa Pilkada hanyalah satu episode dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan sampai perpecahan yang terjadi selama masa kampanye meninggalkan luka yang sulit disembuhkan.
Kini, adalah waktu yang tepat untuk melangkah bersama. Mari jadikan Pilkada sebagai pembelajaran, bukan sebagai alasan untuk terus terpecah. Silaturahmi yang kembali erat adalah fondasi kuat untuk mewujudkan pembangunan daerah yang inklusif dan berkeadilan. Sebab, pada akhirnya, tujuan demokrasi adalah memastikan kehidupan yang lebih baik untuk seluruh masyarakat.
Demokrasi sejati adalah ketika perbedaan menjadi kekuatan, bukan kelemahan. Mari bersama-sama bangkit dari masa kompetisi ini untuk membangun daerah yang lebih maju. Kita memiliki tanggung jawab bersama, baik sebagai warga negara maupun sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, untuk terus menjaga harmoni dan menciptakan perubahan yang positif.(Dms)