Views: 116
SUKABUMI, JAPOS.CO – Pemerintah Kota Sukabumi menerima Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), di Ruang Utama Balai Kota Sukabumi, pada Jumat (1/11/2024). Penjabat Sekertaris Daerah Kota Sukabumi M Hasan Asari menerima kunjungan tersebut.
Momen ini dalam rangka memetakan kasus stunting di Kota Sukabumi untuk percepatan penanganan stunting. Hadir dalam momen itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Reni Rosyida Muthmainnah, Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dalduk P3A) Kota Sukabumi Rina Hestiana, dan instansi terkait lainnya.
”Kota Sukabumi dengan luas wilayah 48,33 km2, tidak terlepas dari permasalahan serius terkait generasi penerusnya salah satunya stunting,” ujar Pj Sekda Kota Sukabumi Hasan Asari. Pada 2021 berdasarkan data survey status gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting 19,1 persen.
Tahun 2022 menjadi 19,2 persen berada di bawah provinsi dan nasional, sedangkan pada 2023 mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen sehingga angka prevalensi 26,9 persen. Berdasarkan data aplikasi online Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), jumlah keluarga tahun 2023 sebanyak 91.339 keluarga dan yang beresiko stunting 32.625 keluarga berdasarkan hasil verval KRS
Hasan menerangkan, jumlah seluruh balita yang diukur bulan Juni 20.239 balita dan balita stunted pada Juni 1.291 dan prevalensi stunting Juni 6,38 persen. Untuk menangani stunting dilakukan berbagai langkah.
Di antaranya intervensi sensitif dan spesifik. Untuk sensitif berupa pelaksanaan Surveilans Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT), sarana air bersih (SAB) di lima lokasi (40 KK), peningkatan mutu kualiras vaksin dengan vaccine refrigerator, penyuluhan dan pelayanan KB dan integrasi layanan primer serta penyusunan SOP tatalaksana balita dengan masalah gizi tumbuh dan kembang.
Untuk spesifik di antaranya pemeriksaan tumbuh kembang dan kondisi kesehatan balita yang jadi sasaran dan lain lain. Lokus stunting di Kota Sukabumi pada 2023 enam kelurahan, 2024 12 kelurahan dan 2025 15 kelurahan.
“Aksi percepatan penurunan stunting terus dilakukan,” kata Hasan. Untuk kegiatan sensitif yakni koordinasi dan kolaborasi, jaminan kesehatan masyarakat, bantuan sosial, dan pelayanan KB pasca persalinan, serta peningkatan kapasitas tim pendamping keluarga untuk pendampingan keluarga beresiko stunting.
Untuk spesifik yakni peningkatan skrining kesehatan dan anemia remaja putri, pemberian PMT berbahan lokal bagi balita gizi kurang, ibu hamil KEK, pemantauan tumbuh kembang dan tata laksana balita gizi buruk. Berikutnya pemeriksaan kehamilan, dan konsumsi TTD remaja putri, ibu hamil, dan calon pengantin.
“Kami juga menggurkan beberapa inovasi yakni Siapdate sistem aplikasi data stunting terintegrasi yakni aplikasi hasil intrgrasi e-ppgm, pendataan keluarga dan Sister,” terang Hasan. Allikasi ini berupa pencatatan bantuan bagi balita dan keluarga beresiko stunting.
Inovasi lainnya Pasti Penting yakni pangan lokal sehat bergizi tinggi untik pencegahan new stunting. Berikutnya Move on Gaess, inovasi cegah stunting dari hulu dengan sasaran remaja sekolah SLTP dan SMA. Terakhir, Mentari Berdasi, aplikasi bekerjsama dengan Indosat untuk memudahkan TPK dalam pencatatan dan pelaporan pendampingan.
Ketua Tim (SSGI) Firza Marhamah menjelaskan, bahwa kedatangannya yakni untuk melaksanakan survey status gizi Indonesia. Yang tujuannya untuk menghasilkan data, kemudian akan dilakukan survey secara menyeluruh.
Upaya ini dilakukan ke 7 kecamatan. Dilaksanakan 43 hari ke depan dan semoga bisa mendapatkan hasil yang terbaik untuk Kota Sukabumi.(ASR)