Scroll untuk baca artikel
BeritaDepok

Mohammad Idris: Kota Depok Tetap Menjadi Kota Religius

×

Mohammad Idris: Kota Depok Tetap Menjadi Kota Religius

Sebarkan artikel ini

Views: 55

DEPOK, JAPOS.CO – Upacara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 yang berlangsung di halaman Kantor Kementerian Agama Kota Depok, Selasa (22/10/2024), dipimpin langsung oleh Wali Kota Depok, Mohammad Idris. Mengusung tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan,” acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, seperti Ketua Komisi A DPRD Kota Depok H. Khairullah, Kepala Kemenag Depok H. Enjat Munjiat, Ketua Forum Komunikasi Ponpes (FKPP) Depok KH. Abdurrahman, serta para santri dan ulama di Kota Depok.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Dalam pidatonya, Mohammad Idris menekankan pentingnya Hari Santri yang tak kalah bersejarah dibandingkan dengan Hari Pahlawan. “Hari santri kita peringati untuk mengenang serta meneladani semangat jihad para santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” ujar Idris, yang juga pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Gontor. Ia menjelaskan bahwa semangat Hari Santri sangat erat hubungannya dengan Resolusi Jihad, sebuah momentum penting di mana para santri dan ulama berjuang membela kemerdekaan bangsa.

Wali Kota Depok ini pun memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para ulama dan santri yang dengan gigih merebut kemerdekaan dari penjajah. Menurutnya, saat ini santri tidak hanya berperan dalam mempertahankan kemerdekaan secara fisik, tetapi juga ikut serta dalam pembangunan negara, bahkan hingga menjabat di berbagai posisi pemerintahan.

Peran Santri di Era Modern: Jihad Melalui Pendidikan

Idris mengajak para santri untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu dengan meneladani nilai-nilai positif yang ditanamkan oleh para ulama. “Religiusitas, kesantunan, akhlakul karimah, dan semangat belajar adalah makna tersurat dan tersirat dari santri. Dulu perjuangan mereka dengan senjata, sekarang dengan pena. Ketajaman pena mereka, ketajaman otak dan pikiran untuk berjihad dalam menuntut ilmu serta menyongsong masa depan bangsa,” jelas Idris.

Senada dengan Idris, Kepala Kemenag Depok, H. Enjat Munjiat, menekankan bahwa santri merupakan generasi yang akan memimpin negeri ini di masa depan. “Mereka bukan hanya belajar agama, tetapi juga belajar toleransi antaragama dan teknologi informasi. Santri yang tangguh adalah santri yang mampu bertahan di segala situasi, memahami agama dan ekonomi, serta menguasai bisnis untuk bertahan hidup,” ungkap Enjat. Ia menilai bahwa santri masa kini tidak hanya berfokus pada pemahaman agama, tetapi juga berbagai keterampilan lain yang diperlukan untuk bersaing di dunia modern.

Depok sebagai Kota Religius

Melihat semakin bertambahnya jumlah pesantren dan santri di Kota Depok, Idris bertekad untuk terus mempertahankan Depok sebagai kota yang religius. Menurutnya, keberadaan pesantren modern dan salafiyah di Depok menunjukkan bahwa religiusitas adalah bagian penting dari identitas kota ini. Ia pun berencana untuk terus mengembangkan kerukunan antarumat beragama dan menjadikan religiusitas sebagai ciri khas Depok.

“Kami akan berkolaborasi dengan menteri baru terkait peraturan daerah (Perda) religi yang sebelumnya telah disepakati bersama DPRD, meskipun belum mendapatkan persetujuan dari Mendagri. Nanti kami akan diskusikan lebih lanjut mengenai langkah ke depannya. Yang jelas, kegiatan keagamaan harus sinergis dengan pemerintahan kota,” tegas Idris.

Ia menambahkan bahwa meskipun Perda terkait kota religius belum mendapat restu Mendagri, masih ada celah untuk melanjutkan program-program tersebut melalui Perda pesantren yang sudah disahkan. Namun, Idris menekankan pentingnya berkonsultasi dengan Kementerian Agama dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut. “Penyelenggaraan kota religius memang bertujuan untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama, kedamaian, dan kesejukan bagi semua agama yang ada di Kota Depok,” tutup Idris.

Dengan pernyataan tegasnya, Idris menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga Depok sebagai kota yang tidak hanya religius, tetapi juga harmonis, di mana semua agama bisa hidup berdampingan dalam damai.( Joko Warihnyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *