Views: 1K
BELITUNG, JAPOS.CO – Masyarakat kecil dan menengah kebawah yang kesehariannya hidup mencari penghidupan berusaha dan bekerja sebagai penambang timah di Kabupaten Belitung dan Beltim saat ini gusar dan menjerit akibat pasir timah hasil dari melimbang timah tidak ada satupun pengusaha yang berani membeli timah.
Kerisauan rakyat kecil sebagai penambang timah saat ini semakin menjadi setelah mendapatkan informasi para kolektor dan meja goyang timah (alat pengolahan biji timah) untuk menentukan kadar Sn timah – Red. Yang memiliki nilai jual untuk dijual kepada kolektor yang beroperasi selama ini tidak beroprasi lagi / tutup.
Kegelisahan disampaikan AD warga Membalong kepada wartawan dirinya dan keluarga hingga saat ini masih menggantung kan hidup dari hasil melimbang pasir timah.
“Kami melimbang timah untuk bertahan hidup dan menafkahi anak istri menopang prekonomian yang makin hari makin sulit. kebutuhan hidup dan biaya pendidikan serta mencukupi kebutuhan sehari-hari berdampak terhadap penghasilan dan ekonomi masyarakat kecil seperti kami.” ujarnya
“Pemerintah pusat melalui mentri ESDM harus bijak para pemangku kebijakan dan PJ Gubernur Prov Kep Babel memikirkan nasib dan penghidupan kami sebagai rakyat kecil. Mau makan apa kami, jika benar tidak ada lagi kolektor dan meja goyang timah yang beroprasi dan berani membeli pasir timah,” pungkasnya kepada japosco, Senin (16/09).
Pemerintah harus memberikan solusi agar tidak mematikan mata pencaharian mereka yang masih bergantung pada sektor pertambangan timah. Mencari biji timah sebagai penambang timah liar dengan melimbang kawasan ilegal (di luar IUP PT Timah – Red).
“Warga masyarakat yang ada di Pulau Belitung ( Kabupaten Belitung dan Beltim ) ini masih berharap sepenuhnya dengan Komoditas Timah sebagai sektor unggulan, 40% masyarakat di pulau ini bergantung hidup dari sektor tambang timah skala kecil, “ucapnya.
“Kami menambang mengunakan alat sederhana dan murah, mesin robin kapasitas 7 PK modal BBM Pertalite 5 – 10 liter/hari, apabila memang benar kolektor berhenti membeli timah, maka para penambang timah menjerit dan berdampak buruk sulitnya ekonomi, dan menambah penderitaan anak istri.
“Jika kolektor dan meja goyang timah semuanya tutup tidak beroprasi , mau kemana lagi menjual pasir timah yang kami dapatkan, pemerintah harus bijak seluruh pejabat berwenang secepatnya mencarikan solusi bagi rakyat kecil yang hidupnya sebagai penambang timah, istri dan anak kami butuh makan, butuh hidup serta perlu biaya pendidikan dan kehidupan rumah tangga yang layak, ”pungkasnya (Yustamin).