Views: 1.5K
MUKOMUKO,JAPOS.CO – Ditengah maraknya informasi yang berkembang dari berbagai media bahwa Indonesia bakal mengalami Gempa berkekuatan 8,7 M bahkan lebih dan berpotensi Tsunami yang bakal melanda beberapa wilayah di Indonesia seperti beberapa wilayah pulau jawa, juga Beberapa wilayah di pulau sumatra seperti Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sampaikan yakni kepulauan Mentawai,Pagai, dan Enggano. Dengan demikian akan berdampak ke pesesisir Pantai Wilayah Bengkulu namun ini bukanlah sebuah prediksi.
Dikonfirmasi Minggu, (18/8) 2024 Pusdalops-PB Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu Hitatun Arazak mengatakan,” merujuk Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (PSBGI) Tahun 2017 khusus wilayah Bengkulu setidaknya terdapat dua segmen subduksi yaitu, Megathrust Mentawai-Pagai dan Megathrust Enggano. Megathrust artinya suatu wilayah dengan tatanan tektonik/lempeng luas yang memiliki mekanisme pergerakan rata-rata adalah sesar naik. Banyak gempa besar dengan kedalam dangkal serta jenis pergerakan sesar naik terjadi pada wilayah ini. Dari sejarah gempa, memang terbukti daerah ini di dominasi oleh gempa dengan mekanisme sesar naik Lanjutnya,’
“Dua segmen ini menjadi generator utama untuk gempa-gempa megathrust di wilayah Bengkulu. Tiap segmen memiliki potensi kekuatan gempa maksimum yang berbeda. Pada segmen Megathrust Mentawai-Pagai, kekuatan maksimum gempa wilayah ini mencapai M=8.9. Sedangkan pada Segmen Enggano kekuatan maksimumnya sedikit lebih kecil yaitu M=8.4″ ungkap Hitatun.
Ia juga mengatakan,” Sejarah Gempa Besar Tentu masih hangat dalam ingatan kita bahwa gempa besar yang pernah terjadi di wilayah Bengkulu, baik pada 4 Juni 2000 dengan kekuatan Mw=7,9 maupun 12 September 2007 dengan kekuatan Mw=8,4. Dua gempa besar ini, walaupun lokasi relatif berdekatan, namun pada dasarnya dibangkitkan oleh Segmen megathrust yang berbeda. Gempa 4 Juni 2000 disebabkan oleh Megathrust Enggano sedangkan gempa 12 September 2007 dibangkitkan oleh Megathrust Mentawai-Pagai” kata Hitatun.
“Untuk segmen Enggano, setelah tahun 2000 hingga kini 2019, belum ada gempa besar M>7,0 yang terjadi pada segmen ini. Namun, aktivitas segmen ini tetap tinggi dengan dibuktikan rekaman gempa-gempa kecil yang tercatat di BMKG Kepahiang. Artinya segmen ini terus melepaskan energi sepanjang waktu dalam bentuk gempa-gempa kecil,”terangnya.
Dikatakanya juga,”sedangkan pada segmen Megathrust Mentawai-Pagai, selain gempa 12 September 2007, gempa besar terakhir yang terjadi yaitu pada 25 Oktober 2010 dengan kekuatan Mw=7,7. Gempa ini diikuti oleh tsunami dan menelan banyak korban jiwa. Secara langsung gempa 2010 ini memang tidak berdampak pada daerah Bengkulu, namun getaran gempa dirasakan cukup kuat di beberapa daerah seperti Mukomuko, Bengkulu Utara dan Kota Bengkulu Demikian,” Pusdalops-PB.
“Merunut sejarah gempa di masa lampau, zona Megathrust Mentawai-Pagai ini pernah mencatat sejarah kelam dengan terjadi gempa dahsyat pada tahun 1883 dengan kekuatam M=9,0. Gempa sebesar ini dampaknya jelas tidak hanya sekitar wilayah Sumatera Barat saja, melainkan wilayah lain juga terdampak. Tidak terkecuali daerah Bengkulu. Di Bengkulu sendiri dampak gempa yang menimbulkan tsunami ini juga cukup parah.
“Akhir-akhir ini Segmen Mentawai-Pagai kembali menunjukkan eksistensinya. Pada 2 Februari 2019 terjadi gempa dengan kekuatan M=6,1 pada bagian paling utara segmen ini. Intensitas gempa maksimum mencapai IV-V MMI dirasakan di Mentawai. Intensitas IV-V MMI ini berpotensi mengakibatkan kerusakan pada perabot rumah tangga. Frekuansi gempa susulanya pun cukup tinggi, dalam tiga hari gempa susulan mencapai 116 kali. Gempa ini juga dirasakan di beberapa tempat di Propinsi Bengkulu seperti Mukomuko, Kota Bengkulu bahkan hingga ke Kepahiang.
“Sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dengan zona seismik aktif, kita selalu dituntut untuk senantiasa membudayakan “siaga bencana”. Secara alamiah, baik segmen Mentawai maupun segmen Enggano terus melepas energi gempa baik dalam bentuk gempa kecil maupun gempa besar. Sampai saat ini kita belum mampu memprediksi secara akurat kapan dan berapa besar kekuatan gempa yang akan terjadi. Seluruh lapisan masyarakat selayaknya harus menyiapkan diri untuk terus meningkatkan upaya mitigasi. Menguasai jalur evakuasi di sekitar lingkungan menjadi sangat penting. Masyarakat juga harus mengerti cara penyelamatan diri saat terjadi gempa kuat dan tsunami pesan Pusdalops-PB.(Jpr)