Views: 947
PADANG, JAPOS.CO – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian mengadakan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit. Melalui Data Rekomendasi Teknis, para pekebun sawit di daerah penghasil sawit mendapat undangan untuk mendapatkan pelatihan.
LPP Agro Nusantara sebagai salah satu penyelenggara pelatihan mengadakan Pelatihan Pengelolaan Sarana Prasarana Perkebunan Kelapa Sawit Angkatan I. Pelatihan ini diikuti 30 peserta yang berasal dari Kabupaten Dharmasraya. Diadakan di The Axana Hotel, pelatihan ini berlangsung pada 29 Juli – 1 Agustus 2024 (4 hari).
Para peserta mendapatkan materi berupa pembelajaran teori di kelas mengenai Kebijakan & Organisasi Sarpras Kebun oleh Adi Prasetyaa, Penanganan Infrastruktur Kebun Saptyaji Harnowo, Pengenalan Alat & Mesin Pertanian oleh Radi, Penggunaan Alat & Aplikasi Pestisida, Pengelolaan Tata Air oleh Adi Rimbawanto, Penggunaan Alat & Aplikasi Pupuk Eka Tarwaca, Penanganan Limbah B3, Pengelolaan Alat Panen & Angkut oleh Adi Prasetya.
Peserta juga berkesempatan melaksanakan praktik di Kebun Ophir PTPN VI mengenai materi terkait dengan didampingi oleh pengajar dan narasumber yang berpengalaman dan kompeten di bidang tersebut.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Dharmasraya Darisman SSi MSi mengucapkan terima kasih kepada panita pelaksana atas terlaksanakannya pelatihan pengelolaan sarana prasarana Perkebunan kelap sawit.
Hal ini, kata Kadis sebagai sarana untuk memberikan ilmu sebagai pembekalan bagi para pekebun.
“Saya berterima kasih kepada panitia atas terlaksananya pelatihan ini, saya harap ilmu yang didapat pekebun bisa diaplikasikan dilapangan sehingga dapt meningkatkan hasil panen kelapa sawit kedepannya,” terangnya.
Mewakili Manajemen Operation LPP Agro Nusantara, Saptyaaji Harnowo, menambahkan bahwa secara praktik, pekebun tentu sudah memiliki kemampuan yang biasanya diturunkan atau dilihat dari praktik pekebun lain.
“Tetapi praktik yang good dan precision belum tentu dimiliki. Praktik-praktik baik inilah yang menjadi sasaran pelatihan ini. Supaya pekebun tidak hanya menjalankan kebiasaan, tapi memahami hal apa yang sebaiknya dilakukan untuk memaksimalkan fungsi lahan,” ujar Saptyaaji.
Menurut Saptyaaji, pelatihan ini rutin dilaksanakan setiap tahun, program pelatihan yang disediakan BPDPKS dan Ditjenbun terdiri dari jenis pelatihan teknis maupun non teknis (manajerial).
Dalam pelatihan, kata Saptyaaji, peserta tidak hanya mendapatkan materi tetapi juga praktik ideal yang bisa diterapkan di kebun masing-masing. Dengan desain ini, selain mendapat ilmu baru, kemampuan peserta juga meningkat baik dari segi bisnis dan skill sebagai pekebun .
“Hal ini selaras sekaligus mendukung pemerintah dengan tujuan utama mengembangkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan melalui peningkatkan produktivitas dan perbaikan pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Di tahun 2024 ini, BPDPKS dan Ditjebun menyelenggarakan 11 jenis pelatihan bagi total 6.437 orang peserta. Dilaksanakan secara serempak, BPDPKS dan Ditjebun menggandeng 15 lembaga pelatihan dan menyasar pekebun dari 14 provinsi di Indonesia. Dilihat dari total peserta, jumlah penerima manfaat program ini naik signifikan dari tahun sebelumnya.,” ungkapnya.
Sebagai salah satu penyelenggara, LPP Agro Nusantara dipercaya menyelenggarakan 43 judul pelatihan dengan 11 jenis pelatihan. Secara total, LPP Agro Nusantara melatih sejumlah 1.339 peserta secara bertahap dalam periode April – September 2024.
Jumlah peserta ini merupakan 21% dari total Data Rekomendasi Teknis. Adapun wilayah pelaksanaan pelatihan ini diadakan di 7 provinsi yaitu: Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah yang terdiri dari 11 kabupaten.(red/Yet)