Scroll untuk baca artikel
BeritaJawa Barat

16 SD Negeri di Ciamis Kekurangan Siswa

×

16 SD Negeri di Ciamis Kekurangan Siswa

Sebarkan artikel ini

Views: 783

CIAMIS, JAPOS.CO – Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Ciamis, terdapat 16 Sekolah Dasar Negeri (SDN) dari 741 SDN yang jumlah siswanya sedikit, atau di bawah 40 anak. Kemudian pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2024 kemarin, ada 55 sekolah yang kurang dari 10 siswa.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Dr. Erwan, S.STP.,M.Si melalui Kabid Pembinaan SD pada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Ciamis Sigit Ginanjar, SE.,MM membenarkan kondisi tersebut. SD yang jumlah siswanya sedikit itu tidak hanya terjadi di daerah pelosok, seperti SDN 3 Panaragan, namun juga ada di wilayah perkotaan. “Untuk PPDB kemarin ada 55 sekolah yang siswanya kurang dari 10 orang, sekolah itu berdasarkan data yang masuk sampai hari ini. Kemudian ada 16 sekolah dasar yang jumlah siswanya di bawah 40 orang,” ujar Sigit, Rabu (24/7).

Sigit menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab sekolah kekurangan siswa atau jumlahnya sedikit. Pertama, sekolah yang berdempetan atau berdekatan, itu biasanya terjadi di wilayah perkotaan. Kemudian sekolah dengan murid sedikit karena minimnya warga lokal dan anak usia sekolahnya yang tidak banyak.

Faktor tersebut seperti yang terjadi di SDN 3 Panaragan, Kecamatan Cikoneng. Di mana, jumlah penduduknya kurang dari 90 kepala keluarga dengan anak usia sekolahnya yang sedikit. “Minimnya warga lokal itu bisa terjadi karena berbagai penyebab. Salah satunya adanya bencana yang membuat sebagian warga direlokasi ke tempat aman. Sehingga penduduknya menjadi sedikit,” ungkap Sigit.

Sigit menuturkan, dalam upaya-upaya untuk menarik siswa dan mendapat kepercayaan masyarakat, sekolah harus melakukan berbagai inovasi. Seperti sekolah memberikan fasilitas atau layanan antar jemput siswanya. Mendatangi masyarakat dengan jemput bola. “Ya, memang kondisi siswa sedikit itu ada juga di perkotaan. Tapi kebanyakan terjadi di daerah-daerah,” tuturnya.

Kendala yang dihadapi sekolah ketika jumlah siswa sedikit ketika menerima biaya operasional sekolah (BOS). Jumlah siswa menentukan dana bos yang diterima, otomatis ketika muridnya sedikit maka dana yang diterima pun sedikit. “Idealnya itu, untuk satu rombel atau kelas jumlah maksimal 28 siswa. Tapi untuk kondisi sekarang memang untuk mencapai jumlah maksimal itu tidak bisa dilakukan semua sekolah,” terangnya.

Meski demikian, keberadaan sekolah SD di daerah pun sangat diperlukan. Bukan dilihat dari jumlah sedikit banyaknya siswa tapi memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat.

Namun menurut Sigit, kehadiran sekolah itu sebagai upaya untuk memfasilitasi pendidikan bagi masyarakat. Jangan sampai anak-anak di daerah menjadi tidak mengenyam pendidikan formal karena di wilayahnya tidak ada SD. “Ya memang tetap dipertahankan. Intinya untuk memberikan layanan pendidikan. Kasihan kalau di sana tidak ada sekolah dan harus jauh. Sedikit banyaknya siswa itu setiap generasi kan berbeda beda, bisa saja tahun ini sedikit tapi tahun depan banyak,” pungkasnya. (Mamay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *