Scroll untuk baca artikel
BeritaDepok

UI Dukung Tumang Fair 2024: Mendorong Eksistensi Seni Kriya Logam Boyolali ke Kancah Internasional

×

UI Dukung Tumang Fair 2024: Mendorong Eksistensi Seni Kriya Logam Boyolali ke Kancah Internasional

Sebarkan artikel ini

Views: 877

DEPOK, JAPOS.CO – Sejak ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Pendidikan Tinggi pada 7 Desember 2021 sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia, Dusun Tumang, Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, mendapat pendampingan intensif dari Universitas Indonesia (UI). Lewat festival budaya tahunan Tumang Fair, UI berharap hasil karya perajin tembaga dari Dusun Tumang semakin dikenal luas. Saat ini, produk mereka telah diekspor ke Eropa dan Amerika.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Tumang Fair yang berlangsung pada 19-21 Juli 2024 diinisiasi oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) UI, Pemerintah Desa Cepogo, dan Sanggar Budi Rahayu, dengan dukungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, melalui Dana Indonesiana Kategori Dukungan Institusional bagi Organisasi Kebudayaan 2023/2024.

Promosi dan Pelestarian Seni Kriya Logam

Ketua Panitia Tumang Fair, Novian Riki Cahyo, menyampaikan bahwa festival ini bertujuan mempromosikan seni kriya logam dari Tumang Cepogo, Boyolali, dan mendukung pelestarian pengetahuan tradisional dalam mengolah seni kriya logam.

“Upaya penguatan identitas Tumang ini juga merupakan langkah untuk mendukung pelestarian obyek pemajuan kebudayaan, khususnya pengetahuan tradisional dalam mengolah seni kriya logam,” kata Novian Selasa (23/7/)

Selain memamerkan produk seni kriya logam, festival ini juga menampilkan berbagai produk kesenian tradisional untuk mendorong industri kreatif dan kepariwisataan. Di antaranya seni tarian reog campur bawur dan produk batik lokal dari Sanggar Budaya Budi Rahayu di Dusun Sengon, Desa Senden.

Berbagai Acara dan Atraksi Budaya

Acara Tumang Fair diisi dengan Kirab Budaya, Gala Dinner, Workshop, dan Pentas Budaya yang bekerja sama dengan Makara Art Center (MAC) UI di bawah pimpinan Dr. Ngatawi Al-Zastrouw. Pada pembukaan Tumang Fair, tampak hadir Nanny Hadi Tjahjanto, Ketua Yayasan Cahaya Ladara Nusantara. Kirab Budaya menuju Makam Kyai Rogosasi, tokoh perintis seni kriya logam di Dusun Tumang, juga menjadi bagian dari rangkaian acara.

Salah satu atraksi utama adalah penyalaan api besalen, tempat untuk menempa logam yang menjadi ikon festival ini. Penyalaan api besalen merupakan atraksi budaya yang menjunjung nilai-nilai spiritual warisan nenek moyang yang merintis industri seni kriya logam di Dusun Tumang.

Kolaborasi dan Pengembangan Potensi

Acara Gala Dinner yang dihadiri para pemangku kepentingan bertujuan membangun dan memelihara hubungan kerja lintas sektoral dalam pengembangan seni kriya logam Tumang Cepogo. Hadir dalam acara ini, antara lain, Direktur DPPM UI Prof. Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D.; Dekan FMIPA Universitas Gajah Mada Prof. Dr.Eng. Kuwat Triyana, M.Si.; Camat Cepogo Dwi Sundarto, S.STP, M.Si.; Kepala Desa Cepogo Mawardi; Tim BRI Cepogo yang mewakili industri perbankan pendukung pengrajin kriya logam, serta masyarakat yang diwakili oleh Widyanto Andono, M.B.A., dan rekan media.

Sesi diskusi di acara Gala Dinner tersebut dipimpin oleh Dr. Lily Tjahjandari dari UI dan menghasilkan berbagai kesepakatan serta tindak lanjut program, seperti kerja sama lintas perguruan tinggi, penguatan branding, inovasi, dan pemenuhan bahan baku.

Tindak Lanjut dan Harapan Masa Depan

Widyanto Andono, perwakilan komunitas pengrajin seni kriya logam Tumang Cepogo, menyampaikan bahwa kesuksesan acara Tumang Fair 2024 ini menjadi tonggak kerja sama antar-stakeholders dan penguatan sumber daya lokal.

“Hasil rumusan dari Gala Dinner menjadi amanah bagi kami panitia untuk menindaklanjutinya menjadi aksi nyata guna menangkap peluang dan menjawab tantangan pengembangan seni kriya logam Tumang Cepogo di masa depan,” kata Widyanto.

Dengan adanya pendampingan dari UI dan berbagai dukungan lintas sektoral, Tumang Fair diharapkan mampu membawa seni kriya logam dari Tumang Cepogo semakin dikenal di kancah internasional, sekaligus memperkuat identitas budaya lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Boyola.(Joko Warihnyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *