Scroll untuk baca artikel
BeritaDepokHEADLINE

Generasi Sandwich di Indonesia: Tantangan, Persiapan, dan Kualitas Hubungan Antargenerasi

×

Generasi Sandwich di Indonesia: Tantangan, Persiapan, dan Kualitas Hubungan Antargenerasi

Sebarkan artikel ini
Lathifah Hanum, M.Psi., dosen Fakultas Psikologi (FPsi.) Universitas Indonesia (UI)

Views: 1.5K

DEPOK, JAPOS.CO – Sebuah survei CBNC Indonesia pada 2021 menyoroti bahwa 48,7% masyarakat produktif Indonesia, berusia 25–45 tahun, adalah bagian dari generasi sandwich. Menyandang tanggung jawab untuk menghidupi diri sendiri, orang tua, dan anak dalam waktu bersamaan, generasi ini menghadapi tekanan yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Lathifah Hanum, M.Psi., menggambarkan peran generasi sandwich sebagai sebuah tantangan kompleks. Merawat anak-anak dan lansia memerlukan pendekatan yang berbeda, dan hal ini dapat memunculkan kompleksitas tersendiri, terutama jika lansia memiliki kondisi kesehatan yang memerlukan perhatian ekstra.

Tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich meliputi stres dan burnout jika tidak memiliki rencana matang untuk memenuhi tanggung jawab. Lokasi tinggal juga berdampak, dengan mereka yang tinggal bersama dua generasi lain memiliki tanggung jawab harian yang lebih besar. Di sisi lain, yang terpisah harus mengompensasi ketidakhadirannya dengan kontribusi finansial lebih besar.

Menurut Lathifah,Selasa (2/1/2024)  persiapan matang diperlukan. Secara ekonomi, stabilitas keuangan harus dipastikan sebelum berkontribusi terhadap keluarga besar. Persiapan mental juga penting, terutama dalam menyesuaikan harapan di berbagai situasi.

Kualitas relasi dengan orang tua dan anak juga krusial. Komunikasi terbuka diperlukan untuk mengatasi kendala bersama. Hubungan antargenerasi dapat memberikan manfaat signifikan, seperti bantuan dalam mengurus rumah tangga dan pendidikan anak-anak.

Studi di Asia Timur menunjukkan bahwa generasi sandwich lebih memilih meninggalkan anak-anak dengan orang tua untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Di Eropa dan Asia Tenggara, generasi sandwich mendapatkan bantuan finansial dari orang tua, sementara menjadi pendamping dalam aktivitas sehari-hari.

Dengan persiapan dan manajemen yang baik, generasi sandwich dapat menjalankan peran mereka tanpa mengalami dampak buruk. Komunikasi antar tiga generasi ini tidak hanya mengurangi tekanan, tetapi juga memperkuat kedekatan keluarga dan mentransfer nilai-nilai kebaikan secara turun-temurun. (Joko Warihnyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *