Scroll untuk baca artikel
BeritaDAERAH

Keberangkatan Study Banding Kepala KCD Pendidikan Wilayah XIII Provinsi Jabar dan Para Kepsek Tuai Polemik

×

Keberangkatan Study Banding Kepala KCD Pendidikan Wilayah XIII Provinsi Jabar dan Para Kepsek Tuai Polemik

Sebarkan artikel ini

Views: 1.3K

CIAMIS, JAPOS.CO – Ketua inisiator Forum Ciamis Bersatu (FCB) sekaligus tokoh pemerhati pendidikan di Kabupaten Ciamis, Saeppudin, SH.MH merasa prihatin dengan adanya sejumlah para kepala sekolah SMAN dan SMKN di Kabupaten Ciamis berangkat ke Lombok, untuk melakukan kegiatan study banding.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Menurutnya, bukan persoalan pemberangkatan study bandingnya. Yang disesalkan justru para kepala sekolah tersebut lebih memilih pergi ke Lombok, disaat para siswanya lagi menempuh ujian penilaian akhir sekolah. “Saya percaya para kepala sekolah tersebut orang berpendidikan dan betul-betul taat dalam menjalankan tugas, sebagai abdi negara dalam mencerdaskan bangsa sehingga berpegang teguh kepada janji sumpah profesinya, “ ujar Aep di kantornya, Minggu (10/12).

Jadi, kata Aep, dengan adanya ajakan untuk kegiatan study banding dari pihak Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan, mereka bisa menolaknya secara halus, karena ada tugas yang lebih penting di sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk rasa tanggungjawab sebagai kepala sekolah. Apalagi saat itu sedang berlangsung kegiatan ujian Penilaian Akhir Sekolah (PAS). “Berdasarkan informasi yang saya serap untuk Kabupaten Ciamis, para kepala sekolah yang berangkat terdiri dari para kepala SMK Negeri, sementara para kepala sekolah SMA Negeri kompak tidak ikut dalam kegiatan study banding tersebut, “ katanya.

Sementara, ungkap Aep, para kepala sekolah SMAN dan SMKN di Kota Banjar dan Pangandaran kompak ikut. “Saya heran kepada Kepala KCD Pendidikan Wilayah XIII, apakah tidak tahu kalender pendidikan ? sehingga memaksakan diri untuk melakukan kegiatan study banding disaat para siswa SMA/SMK sedang ada kegiatan ujian sekolah. Apakah tidak ada waktu lain ? Meskipun itu sudah jadi agenda program kerja KCD Pendidikan Wilayah XIII Provinsi Jabar, “ ungkapnya.

Sebagai informasi, tegas Aep, kegiatan ujian penilaian akhir sekolah berlangsung dari Senin-Jum’at (4-8/12) dan Senin (11/12). “Sementara rombongan KCD dan para kepala sekolah berangkat dari Rabu (6/12). Coba kalau ada kejadian yang tidak diinginkan ketika berlangsung kegiatan ujian tersebut akibat human eror, siapa yang bertanggungjawab, “ tegas Aep.

Diklarifikasi japos.co, Kepala KCD Pendidikan Wilayah XIII Provinsi Jabar, melalui Kasubag KCD Pendidikan Wilayah XIII, Rudi membenarkan hal tersebut. “Kunjungan study banding ke Lombok sebagai program kerja KCD Pendidikan Wilayah XIII Provinsi Jabar. Pemberangkatan kemarin melibatkan unsur dari KCD tiga orang sementara para kepala sekolah SMAN dan SMKN sebanyak 20 orang, “ ujar Rudi di ruangannya, Selasa (12/12).

Sebelumnya, kata Rudi, rencana study banding ke Lombok hanya melibatkan 4 orang terdiri dari 3 unsur KCD dan 1 kepala sekolah. “Setelah berembuk dengan MKKS SMA dan SMK yang berangkat ke Lombok, jadi 20 orang para kepala sekolah SMAN dan SMKN, dengan biaya masing-masing, “ katanya.

Disinggung tentang surat izin dari Kadisdik Jabar, Rudi berkilah bahwa tidak mungkin berangkat kalau tidak ada surat izin.

Menurutnya, kenapa dipilih Lombok untuk kegiatan study banding. Berlatar belakang dinamika di Kabupaten Ciamis untuk membangun mutu pendidikan kehilangan arah, karena terbentur dengan berbagai permasalahan. Dimana Kabupaten Ciamis mempunyai karakteristik yang berbeda dengan KCD-KCD lain.

Hal itu yang mendorong pihaknya untuk membuka wawasan para kepala sekolah dengan mengajak para kepala sekolah, untuk study banding ke Lombok dengan anggaran biaya dari KCD, yang memang awalnya hanya melibatkan 1 kepala sekolah. “3 sekolah yang dikunjungi yaitu SMAN I Mataram, SMKN 5 Mataram dan SLBN 1 Mataram. Hal-hal positif yang ada disana kita implementasikan di KCD Pendidikan Wilayah XIII yang mana mereka bisa leluasa melakukan penggalangan dana dari masyarakat dalam mewujudkan sekolah unggulan, “ jelas Rudi.

Di SMKN 5 Mataram, ungkap Rudi, rombongan para kepala sekolah bisa meniru apa yang dilakukan sekolah tersebut, yang mana produk yang dihasilkan dari SMKN 5 Mataram sudah dihaki (dipatenkan), sehingga mempunyai nilai jual yang sangat luar biasa padahal produknya biasa-biasa saja.

Sementara dari hasil kunjungan ke sekolah SLB Negeri, papar Rudi, rombongan mendapatkan suport dan spirit yang sangat berharga, karena salah satu warga difabel di SLB tersebut menjadi duta difabel di Rwanda Afrika. “Ini sangat luar biasa, dan tentunya ini jadi suport serta spirit untuk sekolah SLB di wilayah KCD XIII, “ paparnya.

Diakuinya, selain melakukan kunjungan ke 3 sekolah tersebut, rombongan juga mengeksplor tentang budaya dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar pesisir pantai. “Ada yang sangat positif dan tidak dimiliki Pangandaran. Disana warganya berkontribusi positif terhadap wisatawan, anak-anak kecil yang lulus SD saja mampu menjadi juru foto yang mahir menghasilkan sebuah karya yang sangat luar biasa, dan itu tidak dimiliki oleh kita, “ tukas Rudi.

Berlatarbelakang hal tersebut, kata Rudi, KCD Wilayah XIII bertekad mengagendakan setiap tahunnya untuk berkunjung baik ke sekolah plus maupun minus, sebagai bahan kajian bahwa 3 kompetensi kepala sekolah harus mumpuni. 3 kompotensi kepala sekolah tersebut yaitu, kompetensi manajerial, supervisi dan wirausaha atau entrepreneur. “Pembeda antar kepala sekolah itu ada di kompetensi entrepreneur. Dananya sama, uangnya sama tapi sekolahnya berbeda. Di entrepreneur para kepala sekolah memiliki kompetensi pengembangan diri untuk memberdayakan potensi sekolahnya sebagai nilai tambah. Sekolah-sekolah di wilayah KCD Wilayah XIII, tidak kalah bagusnya dengan mereka, tapi satu kekurangannya yaitu tidak memiliki haki dari produk yang dihasilkannya, “ katanya.

Terkait apa yang dikhawatirkan akibat kunjungan study banding mengganggu psikologis anak karena tidak ada kepala sekolahnya, tandas Rudi, setiap sekolah sudah mempunyai sistem tersendiri, yang mana ada penanggungjawab, ketua pelaksana dan tim pengawas. “Kami jamin tidak ada pengaruh signifikan terhadap pelaksanaan ujian, karena sistemnya sudah kita buat sedemikian rupa, “ tandasnya. (Mamay)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *