Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINESUMATERASumatera Barat

Resmi Ditetapkan Silek Pangean Rantau Batang Hari Kabupaten Dharmasraya Jadi Warisan Budaya Takbenda Tahun 2023

×

Resmi Ditetapkan Silek Pangean Rantau Batang Hari Kabupaten Dharmasraya Jadi Warisan Budaya Takbenda Tahun 2023

Sebarkan artikel ini

Views: 529

DHARMASRAYA, JAPOS.CO – Malam ini, Kamis, 31 Agustus 2023 di Hotel Millennium Jakarta, Silek Pangian Rantau Batanghari Warisan Budaya Takbenda dari Kabupaten Dharmasraya resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Taknbenda Indonesia (WBTbI) tahun 2023, yang dibacakan oleh Ketua Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) Dr. Gabriel Roosmargo Lono Lastori Simatupang, MA. Pengumuman hasil Sidang Penetapan WBTbI tahun 2023 dihadiri Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Hilmar Farid, MA, Ph,D, didampingi seluruh anggota Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) tahun 2023.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Sidang Penetapan WBTbI tahun 2023 yang dimulai sejak tanggal 28 Agustus 2023 s,d, 1 September 2023 diikuti 31 Provinsi se Indonesia yang mempresentasikan usulan WBTb dari daerah masing-masing. Dari 21 Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Provinsi Simatera Barat 1 (satu) diantaranya Silek Pangian Rantau Batanghari dari Kabupaten Dharmasraya. Proses Sidang Penetapan diikuti masing masing daerah pengusul (Kabupaten/Kota) di seluruh Indonesia. Dari Kabupaten Dharmasraya di hadiri Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Budparpora Yusradi, S.Sos., MM, Dt. Bagindo Tantuah yang didampingi oleh Pamong Budaya Dahlia Nonsi, SS, yang aktif mengikuti proses dari awal pencatatan hingga penetapan.

Kepala Dinas Budparpora Kabupaten Dahrmasraya H, M. Sutan Taufik,SE,MM menyambut baik dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan berpartisipasi atas segala upaya yang dilakukan mulai dari proses pencatatan, pengusulan hingga sidang penetapan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Proses ini sudah kita mulai 3 (tiga tahun yang lalu) namun belum bisa ditetapkan sebagai WBTbI, baru pada tahun ini dan hari ini ditetapkan, berkat kerjasama, kerja keras dan kerja ikhlas  dari semua pemangku kepentingan. Harapan kita ke depan tentu punya tanggungjawab untuk melakukan pengelolaan, karena tidak boleh berhenti pada tahap penetapan atau pelindungan. Semoga dapat disosialisasikan dan dionformasikan kepada masyarakat lebih luas, dan menjadikan Silek Pangian Rantau Batanghari yang digemari oleh generasi muda sebagai pewaris budaya dimasa datang.

Silek Pangian atau Silek Pngian, atau lebih dikenal juga dengan Silek Pingian Rantau Batanghari adalah salah satu jenis silat tradisional dari Nagari Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya. Disebut Silek Pingian Rantau Batanghari karena berkembang di daerah seiliran Sungai Batanghari. Silek Pangian yang berada di Nagari Sungai Dareh menjadi cikal bakal dari penyebaran silat ini ke daerah-daerah lain di Sumatera Barat, maupun di luar Sumatera Barat.

Silek Pingian Rantau Batanghari sudah berjalan lebih dari satu abad yakni dari tahun 1901 sampai sekarang dengan pasang surut sesuai dengan perkembangan zaman. Yang mana sampai saat sekarang ini adalah generasi ke 4 dari Guru Besar yaitu Duli Datuak Mangku (1901  1940), Lani Datuak Mangku (1940  1980), Sahid Datuak Mangku (1980  2021) dan Zainir Datuak Mangku (2021  sekarang). Struktur Silek Pingian yaitu Guru Besar, Staff Guru Besar, Guru Nan Barampek dan Guru Surang di Rantau.

Silek Pangian Rantau Batanghari merupakan salah satu dari silat tertua di Minangkabau yang masih terjaga kemurniannya, tanpa mengadopsi atau mengambil gerakan silat-silat modern saat sekarang ini. Uniknya gerakan dari Silat Pangian Rantau Batanghari memiliki langkah kaki yang sangat hati-hati dan gerakan tangan yang lemah gemulai sehingga terlihat seakan seperti menari saja. Tujuan dari gerakan ini adalah harmonisasi tubuh dan pengembangan kekuatan, keterampilan dalam melakukan semua gerakan tubuh dan otot dengan cepat untuk pembelaan diri. Gerakan ini terkadang bisa mematikan dengan kuncian yang membuat lawan tidak bisa bergerak dan bernapas.

Dalam Silek Pingian Rantau Batanghari tidak mengenal istilah jurus, yang ada hanya tingkatan gerakan. Ada 4 (empat) tingkatan gerakan. Pertama, formula atau permainan yaitu dilentikan jari, dilemahkan pinggang yang artinya tidak menyakiti lawan. Kedua, percaturan yaitu lawan datang lalu disambut dengan gerakan mengunci. Ketiga, pergelutan yaitu saling serang seperti orang berkelahi dan hanya dilakukan di dalam hutan. Keempat, persilatan, ini jarang dilakukan karena akibatnya dapat membunuh orang lain.

Nilai-nilai yang terdapat pada Silek Pingian adalah nilai sosial, nilai budaya dan nilai bela diri. Nilai sosial yaitu melakukan suatu pengobatan tanpa mengharapkan imbalan. Nilai budaya adalah dengan ditampilkannya silek untuk menyambut marapulai (pengantin pria) maupun tamu kehormatan pada saat pesta atau alek di nagari. Terakhir nilai bela diri yaitu menjaga tubuh dari lawan. Karena sudah ditetapkan sebagai WBTbI, Silek Pangian tinyadak hanya berkembang di kabupaten Dharmasraya, tapi bis berkembang dan menyebar ke daerah lain bahkan menyebar di Pulau Sumatera.(Erman Chaniago)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *