Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Kasus Tabungan Siswa Mengendap di Pangandaran Mencapai Milyaran

×

Kasus Tabungan Siswa Mengendap di Pangandaran Mencapai Milyaran

Sebarkan artikel ini

Views: 240

PANGANDARAN, JAPOS.CO – Tim khusus yang dibentuk Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata bergerak cepat menguak kasus uang tabungan siswa SD yang ditilep guru di Pangandaran. Berdasarkan inventarisir hingga Selasa (20/6), Tim Khusus mencatat penambahan jumlah uang tabungan yang mandeg. Jumlahnya bukan sebesar Rp 5 miliar, tetapi bertambah hingga mencapai Rp 7,4 miliar.  “Iya (mencapai Rp 7 miliar),” kata ketua tim khusus penyelesaian tabungan mandeg, yang juga sebagai Kepala Inspektorat Pangandaran, Apip Winayadi, Selasa (20/6).

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Jumlah tersebut, lanjut Apip, ada di dua kecamatan yakni Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Parigi. Menurutnya, tim dari Inspektorat mulai memanggil guru-guru yang menggunakan uang tabungan siswa. “Tim sudah bergerak mulai hari ini (Selasa),” ujarnya.

Menurut data yang dihimpun tim khusus, kata Apip, untuk Kecamatan Cijulang, jumlah uang tabungan siswa yang mandeg ada di koperasi dan guru. Di koperasi, uang tabungan siswa yang mandeg mencapai Rp 2,309 miliar. Sedangkan, uang tabungan siswa yang mandeg di tangan guru jumlahnya mencapai Rp 1,372 miliar. Sementara untuk wilayah Parigi, tabungan siswa yang mengendap ada di dua koperasi dan guru. “Di Koperasi HPK, jumlahnya mencapai 2,487 miliar dan di Koperasi HPR 1,416 miliar. Di guru ada Rp 77,6 juta. Total di Kecamatan Parigi mencapai Rp 3,8 miliar,” katanya.

Bupati Pangandaran, sebelumnya mengungkapkan sejumlah fakta mengejutkan terkait uang tabungan siswa SD sebesar Rp 5 miliar yang tak bisa ditarik orangtua siswa. Uang tabungan tersebut disampaikannya dikelola oleh guru SDN di dua kecamatan, yakni Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Parigi. Namun, tanpa sepengetahuan orangtua siswa, uang tersebut dimasukan ke dalam koperasi sebagai dana simpan pinjam.

Dana koperasi tersebut kemudian dipinjam oleh guru yang sebagian besar sudah pensiun. Berdasarkan catatan koperasi, para pensiunan guru yang meminjam uang koperasi diketahui gagal bayar. Dana simpan pinjampun akhirnya macet, sehingga belum dapat dikembalikan kepada orangtua siswa hingga saat ini. “Itu total seluruhnya dari beberapa sekolah di Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Parigi. Kalau di Kecamatan lain cukup jalan lah. Artinya, cukup lancar. Seperti di Kecamatan Parigi, sekitar 99 persen berada di koperasi. Sementara saat berada di koperasi, itu disimpan pinjamkan dan akhirnya macet. Yang meminjam, itu anggota koperasi yang kebanyakan guru yang sudah pensiun,” ungkapnya.

Selain dimasukan sebagai dana koperasi, uang tabungan siswa katanya juga dipinjam langsung oleh guru. Jumlah uang tabungan siswa yang dipinjam guru itu jumlahnya beragam. Bukti peminjamannya hanya berupa catatan tangan dalam sebuah buku yang salah satunya viral di media sosial.

Terkait hal tersebut, Bupati Pangandaran mengatakan akan menyelesaikan kasus tersebut. Salah satunya dengan meminta tiga koperasi yang bermasalah untuk menjual aset-asetnya. Dari hasil penjualan aset koperasi, uangnya akan disetorkan untuk mengganti uang tabungan milik siswa. “Semua itu, kita akan selesaikan masalahnya. Tadi waktu rapat, tiga koperasi sudah siap menjual aset. Meski begitu, penjualan aset adalah solusi terakhir jika peminjam tak mampu lunasi uang tabungan para siswa. Untuk target, ini secepatnya. Saya, per dua Minggu akan mengontrol tim khusus ini,” kata H. Jeje.

Bupati Pangandaran mengaku terkejut ketika mendapati uang tabungan milik siswa SDN di Pangandaran yang ditilep guru mencapai Rp 5 miliar. Atas hal tersebut, dirinya mengungkapkan telah menerjunkan Tim Khusus untuk mengupas tuntas kasus tersebut. Hal tersebut disampaikannya setelah mengundang semua perwakilan dalam kasus tabungan siswa yang macet di Setda Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Senin (19/6). Dalam pertemuan tersebut, hadir para Kepala Sekolah, Komite sekolah serta perwakilan koperasi di Kecamatan Parigi dan Kecamatan Cijulang. Mengetahui permasalahan tersebut sangat rumit, Bupati Pangandaran akhirnya membentuk Tim Khusus.

Tim Khusus itu terdiri dari Inspektur Inpektorat Kabupaten Pangandaran, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bagian Hukum, pegiatan hukum, dan sejumlah pihak lainnya. “Saya tadi lebih banyak mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi dan tentu terakhir kita ingin menyelesaikan masalah ini. Setiap dua minggu, saya akan evaluasi dan berbicara langsung mengenai langkah-langkah selanjutnya,” kata H. Jeje.

Salah satu orang tua murid SDN 2 Kedongjajar, Nining, berharap tabungan anaknya di sekolah bisa segera cair. Anak Nining kini sudah kelas 2 SMP, namun tabungan semasa anaknya SD masih belum dibayarkan. Nining mengaku, tabungan tersebut akan ia gunakan untuk kebutuhan sekolah anak. “Nominal tabungan anak saya awalnya dulu Rp 7.660.000. Kemudian, dibayar dicicil sebanyak tiga kali oleh pihak sekolah dan sekarang tinggal Rp 3.817.000,” ujar Nining.

Hal senada dikatakan Asep Marpu, orang tua murid di SD Negeri 1 Cijulang. Ia mengaku, tabungan anaknya di SD tersebut mencapai Rp 100 juta dan hingga kini tak ada kejelasan. “Mohon kepada bapak-bapak dan Dinas terkait untuk membantu permasalahan ini. Karena, saya bingung kepada siapa saya harus menagih,” kata Asep.

Asep mengaku pernah datang ke sekolah untuk menagih uang tersebut tapi pihak sekolah menjawab tidak ada uang. “Lalu saya bertanya lagi, di mana uang saya? Pihak sekolah menjawab bahwa uang tabungan bapak ada di koperasi,” katanya.

Ditagih-tagih tak kunjung diserahkan, uang tabungan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Kondangjajar rupanya dipinjam guru dan komite sekolah. Akibatnya, para orangtua dari 17 siswa yang uang tabungannya tidak dikembalikan pun melayangkan protes. Pasalnya, jumlah uang tabungan yang dipinjam guru dan komite sekolah yang terletak di Kecamatan Cijulung, Kabupaten Pangandaran, itu mencapai Rp 112.576.000.

Salah satu wali murid, Widiansyah mengatakan uang tabungan anaknya yang belum diberikan sebesar Rp 45 juta. “Sekarang sudah pelepasan siswa tapi belum ada sepeser pun. Orangtua yang lain juga sama belum menerima,” ujar Widiansyah Senin (12/6).

Ia mengatakan hal tersebut terungkap saat ada wali murid kelas 6 menanyakan tabungan yang belum dikembalikan, padahal anaknya sudah lulus. Ternyata wali murid lainnya juga mengalami hal yang sama. Saat ditanyakan, Widiansyah dan wali murid lainnya kaget dengan jawaban pihak sekolah yang mengatakan tak ada uang.

Bahkan Widiansyah telah menagih sebanyak tiga kali dan jawabannya sama yakni sekolah tidak memiliki uang. “Tapi, jawaban dari pihak sekolah katanya tidak ada uang. Berarti, selama di SD itu sering pinjam. Itu jawaban dari kepala sekolah dan pihak guru,” pungkasnya. (Mamay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *