Views: 247
BUKITTINGGI, JAPOS.CO – Bukittinggi sebagai kota wisata dan kota kunjungan, sehingga pentingnya sarana, prasarana, serta tersedianya jajanan kuliner. Beberapa faktor berkembangnya kuliner seperti, menjamurnya bisnis kuliner merupakan pertanda shifting dalam dunia konsumsi.
Pergeseran pertama akibat pandemi yang membuat kecendrungan semakin terbiasanya masyarakat dengan kesadaran lingkungan dan kebersihan, pendapat tersebut disampaikan Prof Dr Elfindri kepada Walikota Bukittinggi Erman Safar, Sabtu (17/06).
Kedua sebagai kenaikan dari munculnya kelompok baru berpenghasilan menengah dan terdidik dan mereka sebagian memiliki kebiasaan untuk berbelanja cepat dan mudah memperoleh layanan. Ketiga pergeseran selera, dimana konsumsi semula memasak sendiri di rumah, kemudian beralih semakin menyukai masakan jadi yang tersedia di restoran dan cafe-cafe. Alasan waktu dan harga bisa menjadi pertimbangan.
Keempat semakin tersedianya teknology pelayanan cepat saji, dengan bantuan IT, mudah mengantar pesanan yang juga bisa berbiaya murah. Kelima revolusi model restoran dari umumnya permanen alias menetap, kepada jenis pedagang asongan bergerak, tenda tenda serta mobilized. Tidak jarang jenis yang dijajakan berupa fast food, atau sebaliknya makanan tradisional “slowfood”, jelas Prof DR Elfindri menambahkan.
“Restoran dan cafe-cafe baiknya di kelompokkan jenis restoran atau cafe, untuk restoran berupa restoran utama, cafee dan minuman lainnya. Masing-masing kelompok dibuat kriteria tentang fasilitas/ kebersihan/ lokasi dan sebagainya. Kemudian dalam skala 3 tahun dilakukan assessment dan beri bintang berdasarkan nilai setiap penilaian. Bisa rasa, tampilan dan kebersihan. Dengan begitu mereka bersaing untuk meningkatkan kualitas pelayanan, saya teringat sewaktu tahun 2015 ke kota York di UK, kota tourist.
“Ketika berbelanja di toko ‘fish and chips’ saya telah memasang melihat di pintu masuk tanda akreditasi berupa bintang 4. Saya bertanya kepada mereka yang berjualan, ternyata kriteria yang mereka harus penuhi untuk dapat bintang 4 adalah rasa, tampilan, kebersihan, harga dan pelayanan. Dengan demikian waktu untuk pemerintah daerah lakukan penataan saat masing masing kota dan kabupaten ingin raup banyak wisatawan,” papar Elfindri.
Tidak terkecuali di kota Bukittinggi, kota yang padat pendatang mendambakan kuliner yang enak sekali, didukung dengan fasilitas yang terkelola. Parkir dengan sendirinya akan terkelola, pemasukan dari Pajak Pembangunan juga semakin tinggi masuk ke pemerintah daerah. Ini baru maju jadinya,” pungkas Elfindri. (Yet)