Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINESUMATERASumatera Barat

Bukittinggi Stunting Terendah Kedua di Sumbar

×

Bukittinggi Stunting Terendah Kedua di Sumbar

Sebarkan artikel ini

Views: 328

BUKITTINGGI, JAPOS.CO – Pemerintah Kota Bukittinggi berhasil menekan pertumbuhan angka stunting. Dengan penurunan prevalensi yang cukup signifikan, menjadikan Bukittinggi kota dengan angka stunting terendah kedua di Sumatera Barat.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, apresiasi  SKPD terkait dan tim percepatan penurunan stunting yang telah bekerja maksimal,  dengan interfensi yang dilakukan angka stunting Bukittinggi terus menurun. Perkembangan yang baik bagi angka stunting sejak 2022, stunting menjadi persoalam nasional yang harus diselesaikan, termasuk Bukittinggi.

“Upaya  kita lakukan bersama, menampakkan hasil positif. Kita  terus tingkatkan untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan menjadi pemimpin hebat di masa depan,” tekad Wako.

Kepala DP3APPKB Bukittinggi, Nauli Handayani, “stunting menjadi isu nasional yang harus diantisipasi mulai dari masing masing daerah.

Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.”

“Sejak 2022, berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Bukittinggi  menekan laju stunting. Upaya yang dilakukan antara lain, interfensi dengan sasaran ibu hamil, interfensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0 sampai 6 bulan serta interfensi dengan sasaran anak usia 6 sampai 24 bulan,” jelasnya Nauli.

Intervensi gizi spesifik berkontribusi 30 persen. Upaya yang dilakukan  intervensi  ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan umumnya dilakukan oleh Sektor Kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relative pendek.

Intervensi gizi sensitif, berkontribusi 70 persen. Intervensi ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor Kesehatan.

“Sasarannya  masyarakat umum, Tidak khusus untuk 1.000 HPK. Pemda melakukan 8 aksi konvergensi dalam upaya penegahan dan penurunan prevalensi stunting,” tambahnya.

Upaya  tersebut,  membuahkan hasil positif. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi Balita Stunted Kota Bukittinggi sebesar 19%, dan pada Tahun 2022 turun menjadi 16,8%, exspos Nauli, Senin (05/03).

Dari data menjadikan Bukittinggi kota dengan angka stunting terendah kedua di Sumatra Barat. Namun demikian, pihak terkait tidak berpuas diri dan akan terus melakukan upaya  dan interfensi yang lebih maksimal, agar angka stunting Bukittinggi semakin menurun. (Yet)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *