Views: 167
JAKARTA, JAPOS.CO – Fahri Hamzah Sentil; Ribut dalam koalisi ganggu sisa masa jabatan Jokowi, menurut Fahri, Jangan sampai Presiden merasa ‘Saya ini masih 1 tahun 8 bulan kok saya ditinggal’, yang disampaikan Fahri dalam Adu Perspektif dengan tema Janji Politik Lama, Bersemi Kembali, yang digelar detik.com dan Total Politik, Rabu (8/2/2023).
Menanggapi ramalan perasaan Presiden oleh Fahri Hamzah tersebut, Advokat dan Direktur Politik Perundang-undangan 2Indos Khalid Akbar kembali menyoroti tajam pernyataannya yang menggaduh Partai-Partai Politik Pendukung Pemerintah. Khalid mengatakan Fahri jangan terlalu berfokus mengkritik Partai Politik Lain dan menjadi peramal, sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri fokus saja mengurus Partainya agar lolos _Parliamentary Threshold._
Pasal 414 PERPPU Nomor 1 Tahun 2022 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, berbunyi:
_“Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara paling sedikit 4% (empat persen) dari jumlah suara sah secara nasional untuk ikut dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR”._
Pesan 2Indos untuk Partai Gelora
Kata Khalid, 2Indos sebagai Lembaga Konsultan Politik dan Survei yang berfokus meneliti dan mengkaji Partisipasi Politik Millenial (Gen Y) dan Gen Z memberi saran: Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Partai Gelora) adalah Partai Politik yang dipelopori oleh 2 Politisi Gen X (lahir antara 1965 s/d 1980) yang berpengaruh besar pada perjalanan sejarah perpolitikan di Tanah Air, yaitu H. Muhammad Anis Matta, Lc., M.A dan Fahri Hamzah, S.E. Sejarah Karir Politik keduanya tidak bisa dianggap enteng, Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta pada kancah politik nasional pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI 2009 s/d 2013 dilanjutkan dengan menjadi orang No. 1 di PKS sebagai Presiden PKS 2013 s/d 2015. Dan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah adalah Anggota DPR RI 3 Periode, yang puncaknya berhasil menduduki kursi Wakil Ketua DPR RI 2014 s/d 2019. Dan kedua Politisi ini dahulunya Aktivis KAMMI yang memilih PKS sebagai jalur perjuangan Politiknya.
Semestinya, Anis dan Fahri berfikir dan berupaya keras agar Partai Gelora mampu menang dan meraih suara sah nasional. 2 (dua) Peracik Bumbu Dapur Partai Gelora ini harusnya mampu mengkonsolidasikan kekuatan dan mendukung proses kaderisasi dengan memunculkan kader-kader muda yang berasal dari Gen Y (lahir antara 1981 s/d 1995) dan Gen Z (lahir antara 1996 s/d 2009) untuk mewakili Partai Gelora di Kancah Nasional, yang nantinya akan memembawa gagasan-gagasan segar untuk Indonesia, agar kitapun tidak bosan juga melihat wajah lama, yang orangnya itu-itu saja seperti Fahri Hamzah.
Fenomena PSI 2019
Fenomena Partai Solidaritas Indonesia atau PSI, kader-kadernya seringkali menjadi Narasumber di TV Nasional, mengklaim mewakili suara anak muda sebagai Partai Politik Anak Muda antara tahun 2018-2019 yang pada saat itu masih dikomandoi oleh Grace Natalie. ‘Berakhir Tragis’ dengan perolehan suara sebanyak 1,8 % (2,65 juta suara) di Pemilihan Legislatif 2019. Seandainyapun _Parliamentary Threshold_ tahun 2009 yang diterapkan pada Pemilu 2019, maka PSI juga tidak akan lolos ke Senayan.
Khalid mengingatkan Fahri, bahwa *Gen Y dan Gen Z* lebih memiliki kemampuan dan pengalaman untuk mengorganisir massa secara massif untuk memenangkan Partai pada Pileg 2024 dari balik layar, dengan mengoptimalkan kekuatan dasyat teknologi. Diantaranya memanfaatkan algoritma _search engine_, pengaruh media sosial dan _aggregator_ untuk meminimalisir biaya politik di lapangan dan memberikan efek besar bagi partai, sehingga jualan partai-partai politik laku di pasaran dan diterima oleh rakyat Indonesia, _outcome_-nya adalah rakyat akan berbondong-bondong memilih Partai tersebut. Dan target perolehan suara sah nasional sebanyak 4% tercapai, khususnya Partai-Partai Baru. Malu juga kan jika Partai Gelora yang di dalamnya terdapat 2 (dua) *‘Politisi Nasional Berpengalaman’*, yang sudah menikmati asam garam politik di Indonesia ini, malah mengulangi kembali Tragedi PSI pada 2019.(Red)