Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Pesanan Jelang 17 Agustus Membludak Perajin Bendera di Ciamis Kurang Modal

×

Pesanan Jelang 17 Agustus Membludak Perajin Bendera di Ciamis Kurang Modal

Sebarkan artikel ini

Views: 220

CIAMIS, JAPOS.CO – Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, aktivitas perajin bendera di Kampung Bendera di wilayah Ranjirata, Desa Cimari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis meningkat tajam.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Di tengah tingginya permintaan, perajin menghadapi keterbatasan modal. Pantauan di Kampung Bendera Ranjirata pada Minggu, (31/7) sejumlah penjahit tampak sibuk menyelesaikan pekerjaan. Sementara yang lain mengemas, sedangkan sebagian kecil masih menyelesaikan pernak pernik umbul-umbul.

Persiapan atau kesibukan membuat bendera  di tempat tersebut  berlangsung sejak minggu kedua Bulan Juli. Mereka sudah mulai membeli bahan baku, seperti benang, kain dan beberapa aksesori lain. Sedangkan kegiatan lain, dilakukan oleh penjahit.

Pekerjaan menjahit bendera, tidak hanya dikerjakan oleh warga setempat. Akan tetapi beberapa perajin memilih penjahit di tempat lain seperti Tasikmalaya. “Sekarang ini pesanan meningkat tajam. Hanya saja , terus terang kami kesulitan modal, jadi hanya semampunya saja,” kata Didi Rudianto, perajin bendera di RT 15 RW 5, Ranjirata, Cimari, Minggu (31/7).

Dia memperkirakan, meningkatnya permintaan, erat hubungannya dengan keadaan Pandemi Covid-19 mulai landai. Dengan situasi yang mulai aman, perayaan menyambut HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2022 semakin semarak dibanding tahun sebelumnya. “Ya, sekarang kan keadaan mulai aman. Saya optimis kondisi seperti ini akan stabil, hingga perayaan bakal semakin meriah, tidak hanya di pusat tapi juga sampai pelosok. Beda dengan tahun sebelumnya perayaan terbatas,” tuturnya.

Didi mengaku tidak mampu memenuhi seluruh pesanan, karena keterbatasan modal. Saat ini  hanya punya modal  Rp 150 juta. Uang tersebut untuk membeli benang, kain dan sejumlah asesoris, di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya. Menyusul naiknya harga BBM, lanjutnya, bahan baku membuat bendera juga ikut naik. Benang yang sebelumnya Rp 18.000 per losin, naik menjadi Rp 24.000. Kain yang sebelumnya Rp 1.050.000, naik menjadi Rp 1.500.000. Upah pekerja atau penjahit naik dari Rp 10.000 per kodi, menjadi Rp 15.000.

Dengan adanya kenaikan bahan baku, harga bendera juga naik. Bendera merah putih ukuran 180 centimeter (cm) X 120 cm, Rp 75.000, sebelumnya Rp 60.000. Ukuran 150 cm X 100 cm, Rp 70.000, sebelumnya Rp 55.000. Ukuran 135 cm X 90 cm Rp 65.000 sebelumnya Rp 45.000.

Sedangkan umbul-umbul panjang 3 meter Rp 25.000, sebelumnya Rp 20.000 dan ukuran 4 meter Rp 45.000 sebelumnya Rp 35.000. Backdrop 6 meter Rp 200.000 sebelumnya Rp 150.000.  Saat ini dia tidak membuat umbul-umbul ukuran 5 meter , maupun backdrop 10 meter. “Harga bahan baku naik, otomatis bendera harga naik. Paling banyak dicari bendera untuk rumah tangga ukuran 120 cm X 80 cm,” kata Didi.

Untuk pemasaran, dia mengerahkan 20 orang. Jumlah tersebut lebih banyak ketimbang sebelumnya yang hanya 10 orang. Tenaga pemasaran, sebagian besar tetangga dan pelanggan. Tujuan pemasaran wilayah Kabupaten Jepara, Demak, Blora, Cepu, Bojonegoro dan sekitarnya. Tidak menutup kemungkinan, bendera asal Ciamis juga dijual sampai di Pulau bali. “Mudah-mudahan peringatan HUT Kemerdekaan tahun ini lebih meriah dan aman. Lebih banyak warga yang memasang bendera dan umbul-umbul baru,” pungkasnya. (Mamay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *