Views: 239
BUKITTINGGI, JAPOS.CO – Persoalan sampah merupakan pelik di Kota Wisata Bukittinggi. Disebabkan kota kunjungan, Kota Wisata sehingga berdampak buruk terhadap kebersihan kota.
Mengatasi persoalan sampah tersebut khusus wilayah Kec. Mandiangin Koto Salayan, Camat Mihandrik lahirkan inovasi terkait sampah. Sehingga dapat mengurangi beban sampah Kota.
Bukittinggi dengan luas 25 km persegi dan tiga Kecamatan. Sementara Kecamatan Mandiangin Koto Salayan ( MKS), penanganan sampah dilakukan cara tersendiri.
“Dengan melahirkan inovasi khusus wilayah dengan penduduk 55 772 jiwa dan 9 Kelurahan,” ulas Mihandrik.
Kota yang sering dikunjungi wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan lokal. Dengan banyaknya pengunjung wisata otomatis Bukittinggi merupakan salah satu kota penghasil sampah terbesar ini merupakan masalah yang paling utama di Kota.
Data dinas terkait, jumlah produksi sampah per hari di Bukittinggi sekitar 115,95 ton perhari. Dengan pembuangan satu TPA berlokasikan di Payakumbuh yang hampir penuh.
Camat MKS, Mihandrik, S. STP, M.Si, menjelaskan penanganan sampah dengan sistim “SAMPOLARI” (Sampah Olah Sendiri), dapat mengurangi beban sampah kota” ulasnya, Selasa (19/4/2022).
Program SAMPOLARI, Program Olah Sampah Sendiri berbasis rumah tangga dan Pemberdayaan masyarakat serta melibatkan masyarakat untuk pengolahan sampah secara mandiri. Program SAMPOLARI berawal hasil survey yang dilakukan BAPPENAS beserta Tim. Sampah Rumah Tangga berkisar 52,36% dan sampah Non Rumah tangga berkisar antara 47,64%.
“Maka kecamatan MKS menginisiasi solusi dan inovasi penuangan sampah dengan mengaplikasikan optimisasi sistem SAMPOLARI di masing rumah tangga. Kelurahan Garegeh sebagai pilot project yang sudah berjalan beberapa bulan,” jelas Camat.
Sosialisasi dilakukan pada warga guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Program SAMPOLARI. Teknis di lapangan, cara kerja. Sampah lingkungan tumah tangga memiliki 2 jenis, organik dan anorganik. Kalau warga menyadari sampah organik berguna untuk tanaman dan sampah anorganik. Dapat dijual kiloan, secara logika akan berkurang tumpukan sampah yang akan dibawa oleh PPSU (Petugas Pengambil Sampah Umum) ke TPA.
“Program “SAMPOLARI” pengelolaan Sampah di kota Bukittinggi bisa dikendalikan dan bisa ditertibkan” tegas Mihandrik. (Yet).