Views: 188
TRENGGALEK, JAPOS.CO – Minggu pagi (20/3/2022), Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin sempatkan menghadiri dua kegiatan di Kecamatan Watulimo dan Panggul. Perjalanan dari pesisir timur ke ujung barat Trenggalek, Bupati Nur Arifin juga sekaligus mencoba rute yang rencananya akan tersambung menjadi Jalur Lintas Selatan (JLS).
Di Watulimo, Mas Ipin tandai dimulainya Turnamen Mancing Mania yang digelar kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi. Selain sebagai sarana promosi wisata, turnamen yang diikuti puluhan pemancing dari berbagai daerah tersebut juga ditujukan untuk penggalangan dana pembangunan Masjid.
“Patut disyukuri karena kalau di pesisir yang lain mungkin tidak ada yang berkahnya sebesar di Teluk Prigi, karena biasanya kalau ada kampung nelayan atau aktivitas nelayan biasanya pariwisatanya kurang bagus,” ungkapnya.
“Tapi kita ini sudah kampung nelayan, pesisirnya masih bersih, kemudian pariwisatanya juga sangat cantik, sangat bagus, jadi ini yang perlu kita syukuri, dan ini juga pertanda bahwa masyarakat di pesisir pendapatannya tidak hanya sekedar dari mencari ikan sebagai nelayan tetapi juga bisa ikut terlibat dalam sektor pariwisata,” sambung Mas Ipin.
Usai dari Watulimo, Mas Ipin kemudian bergeser ke Panggul menghadiri Festival Banyu Sekoro di Desa Terbis. Festival tersebut merupakan ritual adat dengan tujuan menjaga sumber mata air yang ada di wilayah tersebut tetap terjaga. Festival Banyu Sekoro juga digelar untuk memperingati hari air sedunia.
Menurut Gus Ipin, terkadang formalitas atau aturan tidak akan bisa begitu kuat mengakar di masyarakat. Berbeda halnya jika dilakukan dengan pendekatan budaya. Hal itu sebagaimana ritual yang dilakukan pada Festival Banyu Sekoro. Bagaimana menyikapi isu perubahan iklim dengan pendekatan kebudayaan.
“Kalau dulu dibilang air sumber kehidupan, air harus kita jaga, itu mungkin tidak semua orang bisa memahami, tetapi kalau dibilang di sini tempatnya ada yang menunggu dan bisa marah kalau tidak dijaga, itu terkadang bisa menjaga sumber-sumber air kita punya,” tutur dia.
Padahal, lanjut Gus Ipin, mungkin secara scientific seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat yakni ada prosesi nyadran kemudian dengan persembahan hewan ternak yang disembelih lalu dikuburkan. Jadi, yang namanya makhluk hidup dikuburkan itu kemudian akan terurai sehingga mampu menambah unsur hara dalam tanah.
Kalau unsur haranya baik ya nanti ditanam apapun akan baik, akar-akarnya kuat sehingga kemampuan menyimpan air juga baik, sehingga sebenarnya secara scientific pun yang dilakukan nenek moyang kita dulu juga beralasan,” imbuhnya menjelaskan.
Pada kesempatan itu, bupati muda tersebut juga menjelaskan bahwa saat ini RPJMD Kabupaten Trenggalek dinilai lebih progresif terhadap perubahan iklim. Sekretariat pro-iklim juga telah dibentuk dan setiap OPD harus memiliki langkah mitigasi dan adaptasi. (HWi)