Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEKALIMANTANKalimantan Barat

Trend Hasil Kebun Menurun, Petani Plasma PT LAP Ketapang Mengharapkan Transparansi

×

Trend Hasil Kebun Menurun, Petani Plasma PT LAP Ketapang Mengharapkan Transparansi

Sebarkan artikel ini

Views: 457

KETAPANG, JAPOS.CO – Petani plasma di bawah naungan PT LAP (Lestari Abadi Perkasa) Pemahan Kabupaten Ketapang-Kalbar mengharapkan sistem pembayaran hasil kebun sawit oleh perusahaan harus transparan.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Kelopok Tani yang tergabung dalam Koperasi Produsen Delapan Pilar Maju Bersama (PDPMB) merasa tata cara pembayaran hasil kebun selama ini yang telah disepakati dan diatur pembayaran perenam bulam dengan hitungan 20 : 80 itu terkesan semaunya tidak ada rincian khusus dari perusahaan.

Sebagai pola kemitraan antara perusahaan dan petani plasma di bawah binaan koperasi, pihak koperasi dinilai acuh tak acuh terhadap kelompok tani. Seharusnya koperasi dapat memainkan peranan melakukan control mulai pengoperasian kebun, pengangkutan tandan buah segar, pemupukan, perawatan tanaman dan lain sebagainya.

Petani plasma di perusahaan LAP mengakui tidak mengetahui berapa pendapatan secara keseluruhan. Sedangkan sistem pembayaran, petani di transfer melalui rekening masing-masing tanpa rincian biaya pemotongan yang ada.

Kekesalan petani disana semakin terlihat ketika hasil yang diterima trend nya menurun. Meski saat ini harga sawit mahal, namun tidak menunjukan peningkatan hasil, bahkan diterangkan penerimaan petani mengecil dari sebelumnya. “Ada apa ?” tanya mereka.

Keluhan petani plasma inipun juga disampaikan dan dibenarkan pengurus Koperasi, mereka juga menerima adua warga atas persoalan itu. Selain tidak transparan pendapatan mereka selama dua semester belakangan ini menurun. “Ya benar sekali, saya juga menerima keluhan petani lewat WA,” kata M Syarifudin Bendahara Koperasi PDPMB ketika dikonfirmasi lewat ponsel, beberapa waktu lalu.

Syarif berkilah, pihak koperasi tidak mengetahui persoalan tersebut. Penghitungan hasil kebun dihitung oleh perusahaan dan dibayar setelah hasil tersebut dikurangi biaya perawatan.

Terkait biaya biaya yang ditanggung oleh petani plasma, pihak perusahaan langsung menghitung dan menanganinya melalui kelompok tani tiap desa yang dibentuk, dimana setiap perwakilan menurut Syarif masing-masing kelompok diwakili sebanyak lima orang.

Koperasi juga tidak mengetahui langsung berapa uang yang diterima petani plasma. Lembaganya bertugas mendata nama kelompok dan menyampaikan perkembangan harga sawit dan harga tersebut diumumkan melalui papan pengumuman di kantor.

Sistem pembayaran juga dijelaskan Syarif, setelah dihitung, perusahaan langsung mentransfer ke masing masing rekening petani plasma melalui bank yang ditunjuk perusahaan.

Sampai berita ini tayang, Japos.co masih berupaya menghubungi pihak pihak terkait.(Tris/Hardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Views: 93 BINJAI, JAPOS.CO – Kota Binjai Sumatera Utara dilanda banjir besar pada saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ) walikota dan wakil walikota  periode 2024-2029,yang berlangsung pada Rabu…