Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Kehadiran Monyet Ekor Panjang Usik Penghuni Asli Astana Gede

×

Kehadiran Monyet Ekor Panjang Usik Penghuni Asli Astana Gede

Sebarkan artikel ini

Views: 237

CIAMIS, JAPOS.CO – Populasi monyet ekor panjang di kawasan Situs Astana Gede di Dusun Indrayasa, Desa/Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, makin bertambah banyak. Kondisi itu mengusik Kalong satwa asli tempat tersebut. Saat ini monyet ekor panjang tersebut jumlahnya sudah mencapai belasan ekor. Padahal sebelumnya hanya 3 ekor. Sementara hewan Kalong semakin berkurang.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Penyebabnya, karena makin banyak monyet ekor panjang di kawasan Astana gede tersebut. Sehingga populasi Kalong makin tersingkir. Pantauan di Situs Astana Gede yang merupakan makam turunan atau trah raja-raja Galuh, Kamis 10 Februari 2022 beberapa ekor monyet tidak hanya bergelantungan di pohon, tetapi berkeliaran di tempat parkir. Tidak hanya yang bertubuh besar, monyet yang masih kecil juga sesekali turun dari pepohonan.

Koloni hewan primata lebih banyak berkumpul di dekat tembok keliling kompleks Astana Gede. Sedangkan kalong lebih banyak berada di pohon besar yang ada di bagian belakang. Terlihat sesekali satwa nokturnal (aktif di malam hari) itu terbang di atas pepohonan. “Keberadaan monyet ini mengganggu satwa asli Astana Gede, kalong. Dulu kalelawar ukuran besar sangat banyak, tetapi sejak ada monyet populasinya berkurang. Sebaliknya monyet awalnya tidak lebih dari tiga ekor, sekarang sudah belasan,” kata Ega, seorang tokoh Kawali kepada tim Jaya Pos Kamis, (17/2).

Keberadaan monyet yang ada di komples situs sejarah, diduga karena ada warga yang membuang di tempat tersebut. Hal itu sangat dimungkinkan, karena lokasi Astana Gede banyak pohon besar dan rimbun. Tidak jauh dari kebun serta permukiman. “Baru sekitar sepuluh tahun lalu. Sekarang ini jumlahnya sekitar 12 ekor,” tuturnya.

Monyet tersebut, lanjutnya, kadang tidak hanya merusak tanaman palawija dan buah-buahan, tetapi juga masuk permukiman atau warung. Dia memperkirakan satwa tersebut masuk permukiman karena kekurangan sumber makanan.

Ega mengungkapkan, sudah menghubungi instansi terkait untuk menangkap monyet yang masuk hewan dilindungi tersebut. Hanya saja, sampai saat ini belum ada tindak lanjut. “Kami sudah mengajukan permohonan, termasuk koordinasi dengan Dinas Pariwisata, mengatasi monyet ini. Kami tidak ingin salah langkah, karena ini satwa dilindungi,” katanya.

Lebih lanjut dia menambahkan, sejak populasi monyet bertambah banyak, kawanan kalong yang sebelumnya banyak bergelantungan di pepohonan depan , beralih ke tengah dan belakang kawasan Astana Gede. “Jika tidak segera ditanggulangi, bukan tidak mungkin kalongnya pergi. Ini jangan sampai terjadi,” ujar Ega.

Sementara itu, Lia, petugas Dinas Pariwisata yang bertugas di Astana Gede Kawali menambahkan, kawanan monyet lebih banyak berkeliaran di pepohonan bagian depan, serta pelataran parkir. Keberadaan monyet di tempat bersejarah itu ada sejak sepuluh tahun lalu. “Nakal, kadang spion mobil rusak akibat ulah monyet. Kadang masuk warung dan permukiman, ” katanya.

Dia berharap agar kawanan monyet itu dipindah ke tempat lain. Salah satu alasannya karena bukan satwa asli Astana Gede, tetapi buangan warga. “Kalau bisa monyet dipindah. Ketika suasana tenang, populasi kalong bertambah,” pungkasnya. (Mamay)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *