Views: 168
KAJEN, JAPOS.CO – Seringnya terjadi bencana alam seperti Banjir dan tanah longsor di sebagian wilayah Kabupaten Pekalongan terutama wilayah yang berada di dataran tinggi yaitu Kecamatan Petungkriono, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Kadangserang bencana tanah longsor selalu mengancam di wilayah tersebut.
Kemudian di wilayah pesisir Utara meliputi kec Wonokerto,Kec Tirto banjir dan rob akibat meluapnya sungai dan naiknya air pasang juga turut menjadi perhatian pemerintah.
Hal tersebut harus dicarikan solusi agar wilayah katagori rawan bencana dapat di minimalisir. Apabila daerah yang mengalami bencana alam termasuk kategori daerah dengan status darurat, maka daerah ini bisa mengajukan untuk mendapatkan bantuan khusus dari pemerintah pusat.
Itu dikatakan Bupati Pekalongan Fadia Arafiq, saat memimpin Rapat bersama seluruh OPD di Taman Boulevard Rumah Dinas Jabatan Bupati Pekalongan, Rabu Waktu setempat.(26/01/2022).
“Di awal tahun, ada masalah yang kita hadapi adalah banjir dan tanah longsor. Dengan situasi seperti ini, menurut saya daerah kita bisa dijadikan status darurat karena hampir setiap tahunnya ada kejadian longsor, jembatan putus. Kalau memang sudah ada status darurat, kita langsung ke pusat mengajukan agar mendapat bantuan,” tutur Fadia.
Pada Rapat Dinas ini Fadia memberikan arahan agar pemkab Pekalongan memiliki alat berat excavator kecil. Sebagai antisipasi dan solusi jika ada musibah yang menimpa.
“ Kita baru punya 2 alat berat excavator. Sedang kita punya 4 daerah berpotensi rawan bencana alam. Sementara alat distanbykan di daerah yang paling rawan, hingga perlu penambahan Alat berat tersebut, “ tegasnya.
Sementara Wakil Bupati H Riswadi mengungkap kan bahwa Kabupaten Pekalongan memang ada daerah yang selalu mengalami bencana alam tiap tahunnya, yaitu di Kecamatan Lebakbarang, Kandangserang dan Petungkriyono. Menurut Riswadi, longsor terjadi karena intensitas hujan tinggi, lalu daya tampung saluran tidak mampu, akhirnya menimbulkan genangan dan longsor.
“Kami diskusi dengan Bupati, bagaimana tahun depan di perubahan, diberi anggaran khusus untuk 3 kecamatan yang disiapkan alat berat yang sesuai dengan infrastruktur jalan yang sama. Kerja alat berat ini 12 bulan dalam 1 tahun. Mereka walau tidak hujan, membuat ilen-ilen terus. Saya rasa itu upaya pertama,” terang Riswadi
Kedua, Riswadi menyarankan pemberian edukasi kepada masyarakat daerah tersebut.
“Ketika Mensos berkunjung kemarin, Beliau menduga penyebab longsor karena adanya loging. Alat ukurnya adalah adanya dahan-dahan pohon yang sudah lapuh berceceran. Jadi hal ini perlu koordinasi dengan Perhutani,” jelasnya.
Dikatakan pula pihaknya mengusulkan kepada dinas terkait menganggarkan untuk tahun berikutnya minimal ekscavator dengan fisik kecil. Alasannya bisa masuk gang, terjangkau dan berkerja 12 bulan dalam 1 tahun.
Dalam kesempatan tersebut Sekda M Yulian Akbar mengatakan dalam menyikapi bencana alam yang cukup intens yang terjadi tiap awal tahun, seluruh pihak telah siap siaga.
“Saya kira dari BPBD, Dinsos, DPU, telah siap 24 jam dalam hal penanganan bencana,” tegas Yulian.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Pekalongan, Budi Rahardjo pada rapat dinas ini menyampaikan laporan evaluasi dan persiapan penanggulangan bencana longsor dan banjir di kabupaten Pekalongan.
“Kami laporkan kejadian bencana besar pada Rabu, 19 januari 2022. Penyebab bencana banjir dan longsor yaitu curah hujan yang sangat tinggi di wilayah kabupaten Pekalongan sehingga menyebabkan genangan air tebing longsor dan aliran air sungai Sengkarang meluap ke permukiman”
“Lokasi-lokasi yang terdampak longsor yang terparah, jalan kabupaten Doro-Petung, ada di beberapa titik dan menyebabkan beberapa jembatan perlu perbaikan. Kemudian jalan kabupaten Karanganyar Lebakbarang, lokasinya juga beberapa titik dan lumayan besar longsorannya sehingga 2 lokasi longsoran tersebut membutuhkan dukungan alat berat,” papar Budi.
Untuk lokasi banjir, Budi melaporkan setidaknya ada 15 desa dan kelurahan, 2135 rumah terdampak yaitu di kecamatan Wonopringgo, Kedungwuni, wonokerto dan Karangnyar. Namun air banjir malam itu segera surut, dan dilaporkan tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
Untuk langkah awal yang sudah dilaksanakan, Budi memaparkan, pertama melakukan kordinasi dengan jajran terkait, yaitu desa/kecamatan/OPD kabupaten/Provinsi/TNI Polri, relawan untuk melakukan kerja bakti dan penanganan dengan alat berat. Kemudian melakukan evakuasi kepada masyarakat yang terdampak banjir, yaitu di kelurahan Kedungwuni timur. Kemudian melakukan gotong royong penanganan darurat tanggul di desa Pesanggrahan dan Mulyorejo. Selanjutnya pemberikan bantuan logistic kepada masyarakat terdampak.
Terakhir, saran untuk penanganan banjir kedepan, kegiatan normalisasi saluran drainase di pemukiman khususnya di daerah utara, normalisassi sungai dan penguatan tanggul-tanggul sungai yang sudah kritis, pembangunan rumah pompa di kecamatan Tirto dan Siwalan, penutupan sungai Meduri serta pembangunan rumah pompanya. (sofi)