Views: 233
AGAM, JAPOS.CO – Nagari Salo Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) merupakan desa yang terletak di perkampungan, yang jaraknya 10 km dari pusat Kota Bukittinggi. Nagari Salo yang penduduk gemar bertanam padi dan ke ladang merupakan pekerjaan rutin yang digeluti masyarakat, karena pekerjaan tersebut merupakan turun-temurun yang dilakukan warisan nenek moyang mereka.
Dari hasil panen sawah dan ladang mereka dapat hidup sebagaimana layaknya keluarga yang berkecukupan. Namun disaat munculnya Virus Corona Desease sejak September 2019 dan merambah sampai ke Nagari dan Desa tahun 2020. Semua kegiatan masyarakat di luar rumah menjadi terbatas. Covid melanda negeri ini dua tahun lalu, banyak perubahan gaya hidup masyarakat baik di kota maupun di perkampungan, perekonomian juga membuat masyarakat pesimis.
Namun masyarakat Salo tidak kehilangan akal, karena sekelompok kaum perempuan saling bincang dan bercerita sesamanya. Agar kelompok mereka dapat bernilai ekonomis. Suatu mukjizat, sehingga lahirlah inovasi kaum “emak-emak” untuk bekerja. Namun dapat bernilai ekonomi. Hasil buah pikir dan karya anak Nagari Salo menjadi perhatian masyarakat setempat. Bahkan hasil karyanya memberikan nilai ekonomis dan sebagai tambahan penghasilan bagi kaum perempuan di Nagari Salo, Kabupaten Agam-Sumbar.
Sejumlah ibu-ibu Nagari Salo, membuktikan produk non pabrikan yang mereka hasilkan lebih bermutu. Sekalipun karya mereka tidak sehebat pabrikan, minimal sabun pembersih piring dan perangkat dapur lainya yang mereka produksi secara kelompok mendekati dapat memberikan nilai ekonomisnya.
Pembuktian dirasakan para kaum ibu, ketika emak-emak Nagari Salo, membersihkan piring dan perangkat dapur. Busa sabun dengan kemasan merk “Barisa”, itu lebih banyak, tonjolan aroma dan mendominasi jeruk nipis (limau kapeh). Menurut Ketua kelompok emak-amak yang memproduksi sabun, Sri Hamida, kemasan dengan merk Barisa , diambil dari sebuah nama Jorong yang ada di Kanagarian Salo. Jorong (dusun) bernama Baringin. Nama tersebut kami gabung menjadi Baringin Salo (Barisa).
Sri Hamida mengungkapkan, produksi sabun awalnya dikembangkan kelompok emak-emak Rumah Keluarga Indonesia, yaitu sebuah kelompok wanita yang berafiliasi dengan sebuah partai di Kabupaten Agam. Dengan urungan kebersamaan masing-masing Rp.10.000,-, kami dengan jumlah 20 orang mulailah bersitungkin (bergerak) memproduksi.
Alhamdulillah hasilnya menggembirakan serta memuaskan sekali, sekalipun hasil karya emak-emak hanya sekedar coba-coba saja. Meski produksinya terbatas, karena dikerjakan secara manual dan dipasarkan baru di salingka Nagari, tapi antusias kaum ibu pengguna jasa kelompok di Nagari “Barisa” memberikan respon positif.
Dengan kemampuan bersaing produk pabrikan ditingkat Nagari yang diolah sederhana dan alat yang manual. Didampingi Sekretarisnya Dina Handayani. Adek, demikian ketua kelompok Barisa akrab disapa, mengakui produksi mereka masih terbatas tapi, buah karya mereka sudah mulai diminati orang rantau.
“Ya… Sudah mulai diminati oleh perantau dari Dumai (Riau), mereka memesan tidak dengan kemasan “Barisa”, melainkan perantau dari Riau membeli melalui jerigen,” ungkap Adek.
Wali Nagari Salo, Ali Amran, sangat memberikan apresiasinya dengan kreatifitas masyarakatnya kaum perempuan.
“Buah karya anak nagari harus mendapat perhatian. Kelompok emak-emak harus dibina secara berkelanjutan,” ujar Ali Amran.
“Saya menyadari keterbatasan usaha mereka, finansial mereka terbatas. Inilah kendala yang dihadapi. Kedepannya saya akan bicarakan dengan orang rantau serta mencari donatur yang peduli dengan karya ibuk-ibuk ini. Jika usaha ini dilibatkan dengan perantau, tentunya akan memberikan dampak positif.
“Dengan solusi kebersamaan, kita berharap kedepannya usaha rumahan kaum perempuan akan lebih berkembang,” kata Ali Amran.
Pada kesempatan yang sama Ali.Amran, menghimbau warganya agar memasyarakat kan produksi anak nagari dengan merk Barisa di dapur.
“Kalau ado punyo awak, manga pulo punyo urang nan di bali,” pesan Ali Amran pada warganya.(Yet ).