Views: 213
KUALA KURUN, JAPOS.CO – Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah mengikuti kegiatan lomba kompetensi inovasi pelayanan publik yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), melalui zoom meeting , di ruang rapat lantai I Kantor Bupati, Rabu (14/7/2021).
Kegiatan ini diikuti oleh, Bupati Gunung Mas Jaya Samaya Monong, didampingi Sekretaris Daerah Kabupaten Gunung Mas Yansiterson dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas dr. Maria Efianti serta pihak terkait.
Dalam kegiatan itu Bupati Gunung Mas Jaya Samaya Monong diwawancarai oleh Tim Panel Independen (TPI), terkait penilaian Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) di Kabupaten Gunung Mas tahun 2021.
Adapun Tim Panel Independen (TPI) KIPP 2021 yakni Prof. Dr. JB Krsitiadi, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Dadan S. Suharmawijaya, Sri Haruati Indah Suksmaningsih, Haris Turino, Prof. Dr. Eko Prasojo, Erry R. Hardjapamekas, Neneng Goenadi, Nurjaman Mochtar, Tulus Abadi, dan Rudiarto Sumarwono.
Terkait penilaian tersebut, Bupati Gunung Mas Jaya Samaya Monong menyampaikan, ucapan terima kasih kepada Tim Panel Independen (TPI) KIPP 2021 dan dewan juri yang telah memberikan penilaian. Sehingga proposal Pemeritah Kabupaten Gunung Mas berjudul, “BELL BOX TB BERKESAN” Berantas dan Eliminasi Penyakit Tuberkulosis dengan Bell Box Dering Kesembuhan, dapat masuk dalam top 99 Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2021.
Karena hal itu, menurutnya, sesuai visi dan misi pemerintah daerah Kabupaten Gunung Mas tiga Smart yaitu, Smart Agro , Smart Human Resources dan Smart Tourism. Dimana tiga smart measih menjadi priorotas pembangunan dan program utama di 2021.
Sejalan dengan hal tersebut ungkapnya, inovasi yang dikembangkan merupakan inovasi yang sangat penting menjadi pilar Smart Human Resources pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan cerdas.
“Seperti kita ketahui bahwa salah satu masalah yang dihadapi Kabupaten Gunung Mas dalam bidang kesehatan jumlah penderita, Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi penyebab kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS),” ucapnya
Menurutnya, Tuberculosis (TBC)_ umumnya menyerang paru-paru tetapi bisa juga menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit menular ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Satu orang pasien dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif bisa menularkan kepada 10-15 orang di sekitarnya setiap tahun. Pada 2016 ditemukan 77 kasus, pada 2017 ditemukan 133 kasus, dan pada 2018 ditemukan 193 kasus.
Oleh karena itu menurut, Samaya Monong, Dinas Kesehatan mempunyai terobosan yang dikembangkan, yaitu sebuah inovasi yang bernama: BELL BOX TB BERKESAN (Brantas dan Elkmjnasi Penyakit Tuberkulosis Melalui Bell Box Dering Kesembuhan). Yang dilakukan pada akhir tahun 2018 dilakukan pada 1 Desa sebagai pilot project dengan 2 jumlah pasien.
Adapun nilai kebaruan dari inovasi ini, menurutnya terletak pada dua hal, yaitu: pertama aspek pengawasan sebelum inovasi pengawasan lebih menitik beratkan pada keluarga sebagai PMO, sesudah inovasi pengawasan melibatkan keluarga dan petugas kesehatan sebagai PMO. Kedua, aspek sarana sebelum inovasi tidak ada sarana, sesudah inovasi dilengkapi dengan sarana penunjang (jam weker/ alarm HP, kalender pengobatan box.
“Kami terapkan inovasi ini Wilayah Puskesmas Tumbang Masukih (Desa Rangan Hiran) alasan memilih desa tersebut adanya temuan kasus TBC kurangnya kepatuhan dalam menelan obat, daerah/lokasinya terpencil dan tidak ada jangkauan sinyal, sehingga membuat tingkat pengetahuan dan pendidikan kurang,” terangnya.
Dan karena penerapan Inovasi BELL BOX TB Berkesan, mulai dari akhir tahun 2018-2019 dinilai berhasil, maka pada tahun 2020 dimulai diprogram pada skala lebih luas.
“Dimana inovasi BELL BOX TB Berkesan ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan dua pasien di desa Rangan Hiran sehingga keduanya sembuh tepat waktu,” imbuhnya.
Dampak inovasi ini, katanya yang pertama mengurangi angka putus pengobatan, yang kedua meningkatkan angka keberhasilan pengobatan, yang ke tiga menurunkan prevalensi kasus TBC, keempat efektif dan efisien waktu dalam pengobatan.
Berdasarkan hasil yang dilakukan Pemkab Gumas melalui Dinas Kesehatan memandang perlu untuk menerapkan pola dalam inovasi yang lebih besar kepada 17 puskesmas yang ada di Kabupaten Gunung Mas.
Sedangkan dalam surat Kepala Dinas Kesehatan tentang penerapan inovasi BELL BOX TB berkesan di Kabupaten Gunung Mas menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pengawasan obat.
Sosialisasi dan edukasi ke seluruh puskesmas dan membuat SK tentang kewajiban pemberlakuan inovasi BELL BOX TB berkesan di setiap wilayah kerja puskesmas yang ada di Kabupaten Gunung Mas.
Dalam masa pandemi, dikatakannya, penerapan inovasi BELL BOX TB berkesan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada sebelum pandemi pengawasan fisik peran PMO 40 persen tenaga kesehatan dan 60 persen keluarga.
Sedangkan porsi kehadiran fisik dikurangi, 20 persen tenaga kesehatan dan 80 persen keluarga. Kehadiran fisik tenaga kesehatan masih diperlukan untuk memberikan edukasi, dan diberikan APD jika melakukan pengawasan kunjungan rumah. Serta Komunikasi dengan pasien rutin dilakukan dengan menggunakan telepon (Satelit untuk daerah tidak ada sinyal) dan WA/daring (saerah yang terjangkau jaringan internet).
“Saya secara pribadi sebagai Kepala Daerah bangga dengan inovasi yang dikembangkan walaupun kelihatan sederhana tetapi dampaknya terasa terbukti sudah dirasakan oleh dua pasien di Desa Rangan Hiran yang lokasinya terpencil dan jauh dari akses komunikasi,” katanya.
Serta Bupari juga menyampaikan mendukung penuh penerapan inovasi Bell Box berkesan sedang berjalan yang diterapkan pada 17 Puskesmas yang ada di Kabupaten Gunung Mas. Dengan harapan inovasi ini dapat mempercepat eliminasi TBC di Kabupaten Gunung Mas. (Kmnfsp/Mandau)