Views: 266
JAKARTA, JAPOS.CO – Desk pemantauan peliputan Pilkada 2020 yang diselenggarakan Pengurus Masyarakat dan Pers Pemantau Pemilu (Mappilu) PWI Provinsi DKI Jakarta masa bakti 2020-2025 menemukan adanya kecenderungan pasangan calon tertentu dalam Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) justru mendapat perhatian dari media di Jakarta.
Ketua Mappilu PWI DKI Jakarta Iqbal Irsyad menuturkan temuan tersebut disimpulkan setelah Desk Pemantauan Mappilu PWI DKI Jakarta melakukan analisa terhadap pemberitaan media online terdaftar dan terverifikasi Dewan Pers dalam Pilkada Tangsel periode 5-7 Oktober.
“Kami melihat tren pemberitaan yang aneh dalam Pilkada Tangerang Selatan karena justru yang banyak memberitakan pasangan calon tertentu tersebut justru media yang berbasis di Jakarta, yang selama ini menyatakan diri sebagai media nasional. Ini semacam kompetisi lokal rasa nasional,” tuturnya hari ini, Rabu (14/10).
Menurut Teguh O Wijaya yang duduk di Divisi Pemantauan Mappilu PWI DKI, dalam pekan kedua masa kampanyanye ini makin jelas terlihat pola pemberitaan yang dilakukan media lokal dalam hal kuantitas maupun arah pemberitaan yang diberikan terhadap paslon tertentu.
“Ada media lokal yang sangat banyak memberikan porsi pemberitaan sangat banyak bagi paslon tertentu, sebaliknya tidak memberikan porsi yang cukup bagi paslon lain. Ini jelas menggambarkan netralitas media tersebut,” paparnya.
Selain itu, dari pemantauan selama dua pekan, Mappilu PWI DKI Jakarta mendapati ada pasangan calon (Paslon) tertentu yang nampaknya memang tidak memiliki strategi yang jelas dalam menjalin relasi dan berkomunikasi dengan media.
Hal ini ditunjukkan dengan sangat minimnya pemberitaan tentang kegiatan kampanye hingga visi dan misi Paslon tersebut terhadap Tangerang Selatan. “Ini juga jadi tanda tanya, jangan-jangan ini Paslon sekadar ikut karena keturunan petinggi negara ini.”
Algooth Putranto, yang menjadi penanggung jawab riset menuturkan, Pilkada Tangsel dipilih karena dekat dengan wilayah Jakarta dan menjadi medan pertarungan keluarga petinggi Tanah Air. Ada keponakan mantan Wali Kota Airin Rachmi Diany, anak Wakil Presiden Ma’aruf Amin dan keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Desk Pemantauan Pilkada Mappilu DKI Jaya melakukan pengamatan terhadap seluruh berita tentang Pilkada Tangsel yang terkumpul setiap pekan masa kampanye kemudian dianalisa menggunakan teknik analisis kuantitatif dan analisa kualitatif semiotik.
Sementara penentuan media yang diawasi dilakukan secara purposive dengan kriteria media daring (online) lokal yang terdaftar dan terverifikasi Dewan Pers. Terdapat 11 media online lokal Tangerang Selatan dan tiga media siber yang berbasis di Jakarta yang digunakan sebagai pembanding.
Media daring dipilih dengan alasan tren masyarakat saat ini yang cenderung mengkonsumsi media daring dibandingkan media konvensional. Selain itu berita di media daring mudah untuk disebarkan melalui media sosial. Faktor lain adalah kemudahan dalam melakukan pengumpulan data.
Parameter isi pesan yang dilihat dalam pemantauan ini antara lain kuantitas penyebutan nama Paslon dalam sebuah berita, kuantitas berita terkait pasangan calon, tone berita yang ditulis hingga keberimbangan narasumber dalam penyajian berita.
Dari analisa yang dilakukan disimpulkan kecenderungan tidak netral tersebut terlihat dari beberapa media yang cenderung memberitakan dengan porsi yang tidak seimbang salah satunya dari sisi kuantitas mayoritas media yang dipantau lebih banyak memberitakan paslon nomor urut 1 (Muhammad – Rahayu) dan paslon nomor urut 3 (Benyamin – Pilar), sementara pemberitaan tentang paslon nomor urut 2 Siti Azizah – Ruhama terhitung minim. Temuan ini tidak jauh berbeda dengan temuan pekan lalu.
Sementara untuk isi pemberitaan terdapat tiga media yang cenderung tidak berimbang dalam penulisan berita. Sebagai contoh adanya media yang lebih banyak memberikan porsi berita tentang pasangan calon nomor urut 1 yaitu Muhammad – Rahayu Saraswati.
Sebaliknya ada pula media yang lebih banyak memberitakan pasangan calon nomor urut 3 yaitu Benyamin – Pilar. Pada media itu pula lebih banyak ditemukan pemberitaan dengan tone negatif tentang pasangan calon nomor 1.
Yang menarik, media online berbasis Jakarta yang digunakan sebagai pembanding rupanya secara kuantitas lebih banyak memberitakan pasangan calon nomor urut 3, dan menulis berita dengan tone cenderung negatif pada pasangan calon nomor urut 1.
Dalam pemantauan ini juga ditemukan hal unik seperti di banyak pemberitaan media online secara kuantitas lebih banyak memberitakan calon Wakil Wali Kota Rahayu Saraswati daripada Muhammad yang menjadi calon Wali Kota Tangerang Selatan.
Sedangkan pemberitaan terhadap pasangan calon nomor urut 2 yaitu Siti Azizah dan Ruhamah tidak dapat terlalu dapat banyak dibahas. Hal ini akibat kuantitas pemberitaan untuk pasangan calon ini cenderung minim dengan penulisan standar dan netral.
Dengan dilakukan pengawasan, Mappilu PWI Jaya memiliki harapan agar di masa Pilkada yang digelar pada masa Covid19 yang melarang adanya pengerahan massa, media massa tidak terjerumus menjalankan praktik propaganda akibat tradisi jurnalistik yang masih konvensional.
Praktik konvensional dilakukan dengan menggantungkan sumber informasinya pada tiga lingkaran elit dalam masyarakat, yaitu kalangan bisnis, pemerintah dan pakar, akademis atau peneliti maupun sekedar mengedepankan norma “kalah menang” dalam politik, sebagai bagian dari disiplin peliputan media atas pelaksanaan Pemilu.
“Idealnya jurnalisme semestinya menyajikan fakta yang berimbang, tidak mengarahkan hingga memproduksi informasi yang independen tentang peristiwa dan isu yang akan menjadi referensi bagi masyarakat dalam membuat keputusan memilih,” tutur Budi Nugraha, Sekretaris Mappilu DKI Jakarta.
Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan media massa untuk mengarahkan perhatian khalayak terhadap isu-isu tertentu yang diagendakan media massa. Dalam hal ini, media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda media kepada agenda publik.
Masyarakat dan Pers Pemantau Pemilu (Mappilu) PWI Jaya menjadi bagian dari upaya mewujudkan Pesta demokrasi di Indonesia yang berkualitas dan bermartabat sehingga Pemilu terlaksana benar-benar Jurdil dan berkualitas. (***)