Views: 176
PEKANBARU, JAPOS.CO – Puluhan buruh sawit dari Desa Bukit Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan bersama P.Siregar mendatangi Mapolda Riau pada Rabu dini hari (15/6/2022).
Didampingi kuasa hukum pelapor, Peri Andri Marolo Gultom SH mengatakan kedatangan mereka ke Polda Riau guna melaporkan IS atas perbuatanya melakukan Pencurian, Penganiayaan dan Intimidasi terhadap pekerja sawit P.Siregar.
Peri mengatakan bahwa IS datang ke kebun sawit kliennya untuk melarang karyawan memanen sawit, akibatnya para karyawan ketakutan tidak mau bekerja lagi diduga karena mendapat intimidasi dari IS
“Hari ini kami datang ke Polda Riau untuk melaporkan perbuatan IS, pertama karena menahan mobil klien kami, kedua pencurian buah sawit serta dugaan penganiayaan yang dilakukan IS terhadap beberapa karyawan klien kami sehingga para karyawan merasa tidak aman dan tidak mau lagi bekerja di kebun,” kata Peri
“Hari ini ada 2 laporan yang diterima Polda Riau dan telah diterbitkan dengan laporan polisi nomor STPL/B/271/VI/2022/SPKT/RIAU dan STPL/B/272/VI/2022/SPKT/RIAU.
2 Laporan untuk 3 Pelapor karena ada 1 kejadian dengan 2 korban, untuk Pelapor satunya lagi atas nama klien kami sendiri yakni P.Siregar karena di kebun sawitnya tidak bisa melakukan aktifitas akibat intimidasi IS terhadap karyawannya.
Sebelumnya IS melaporkan klien kami P.Siregar ke Polsek Pangkalan Kuras tentang pencurian pada Sabtu lalu sehingga pihak Polsek datang ke lokasi dan mengamankan barang bukti yaitu mobil pengangkut sawit beserta isinya. Kami sudah menyampaikan ke pihak Polsek Pangkalan Kuras bahwa di lokasi tidak ada yang namanya pencurian sawit sebab sawit yang dipanen berasal dari kebun klien kami, namun mobil bersama tandan buah segar milik P.Siregar tetap dibawa ke Polsek.
Keesokan harinya pada Minggu, IS datang lagi ke kebun sawit klien kami untuk melarang karyawan memanen sawit. Para karyawan ketakutan diduga karena mendapat intimidasi dari IS.
Salah satu Mandor merasa trauma karena rumahnya terus digedor-gedor oleh IS. Karena sudah sejak dari dulu ia selalu mendapat intimidasi dari IS, sehingga Mandor kami merasa tertekan dan tidak mau jadi Mandor lagi,” ungkap Peri
“Sampai saat ini kami sendiri tidak tahu atas dasar apa IS melakukan hal tersebut. Padahal kalau kita cek dari awal, sudah ada perdamaian yang dilakukan oleh orang tua IS (inisial MS) dengan P.Siregar. Kesepakatannya adalah bangunan gereja di atas tanah seluas 2 Ha menjadi milik P.Siregar, sedangkan tanah 6 Ha menjadi milik MS, namun hingga saat ini, gereja tidak bisa melakukan ibadah karena ditutup oleh IS,” tutup Peri. (AH)