Views: 308
BANJAR, JAPOS.CO – Tembok penahan tebing (TPT) di belakang RSUD Kota Banjar ambruk pada hari Rabu (14/9). Hal itu setelah Sungai Citanduy meluap beberapa hari lalu. Salah seorang warga, Irwan mengatakan, tembok penahan tebing itu ambruk sekitar pukul 05.00 WIB. “Itu ambruknya kemarin karena sebelumnya hari Senin air sungai Citanduy meluap,” kata Irwan kepada para awak media, Kamis (15/9).
Menurutnya, tembok yang ambruk itu sekitar sepanjang 30 meter. Ia menduga karena tidak kuat menahan debit air yang cukup tinggi. “Mudah-mudahan ada perbaikan secepatnya karena khawatir kalau ada luapan air lagi bisa tergerus, “ ujar Irwan.
Selain tembok penahan tebing ambruk, dampak dari luapan air sungai Citanduy juga membuat 3 tiang pancang Jembatan Baru (Jembar) patah. Hal tersebut tentunya berpotensi membahayakan para pengendara yang melintas di atas jembatan tersebut jika tidak segera mendapat penanganan.
Jembatan Baru (Jembar) patah pertama kali yang mengetahui adalah seorang warga bernama Entis Sutisna. Saat itu ia sedang berolahraga di area Jogging Track Pusdai Kota Banjar. “Saya melihat ada tiga tiang itu patah hari Rabu kemarin, karena kebetulan lagi olahraga di belakang Pusdai,” katanya.
Ia menduga tiang tersebut patah akibat tertabrak pohon besar yang terbawa arus air sungai Citanduy. “Mungkin itu karena ada pohon menabrak tiang waktu air sungai Citanduy meluap, jadi patah,” kata Entis.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Kota Banjar, Tommy Subagja melalui Kabid Bina Marga Agus Saparudin menyampaikan, pihaknya telah melakukan koordinasi untuk menindaklanjuti kondisi jembatan tersebut. “Kita sudah koordinasi dengan Polresta Banjar dan Dishub Kota Banjar untuk melakukan pemasangan tiang pembatas kendaraan yang bertonase besar tidak lewat ke situ,” ujarnya.
Selamatkan Diri
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun tim Jaya Pos, air sungai Citanduy meluap pada Senin (12/09), menyisakan duka bagi warga Parungsari, Kota Banjar, khususnya warga RT. 13, RW. 06, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja.
Wilayah tersebut merupakan daerah yang terkena dampak luapan air Sungai Citanduy. Salah seorang warga, Rohaetin menceritakan, pada saat kejadian dirinya sedang tertidur pulas dalam kamar rumahnya. “Saya lagi tidur, sekitar pukul 01.00 WIB ada tetangga ngebangunin ngasih tau jangan terlalu pulas tidurnya. Karena air Citanduy sudah mulai naik,” tuturnya, Selasa (13/09).
Mendengar kabar tersebut, ia pun bergegas untuk menyelamatkan barang dan surat berharga ke atas rumah. Karena waktu itu air belum terlalu naik. Dalam waktu kurang lebih sekitar satu jam air dari sungai Citanduy mulai masuk ke dalam rumah. “Air sampai ke rumah itu sekitar jam 2 lebih dengan ketinggiannya di atas mata kaki sekitar 10 centimeter,” jelasnya.
Menurutnya, dirinya terbilang beruntung karena masih bisa menyelamatkan barang berharga dan keluarganya. Sedangkan kandang ternak dan ikan miliknya semuanya terbawa hanyut. “Air Sungai Citanduy meluap bukan pertama kali ini terjadi pada tahun 2014 juga pernah meluap namun tidak terlalu parah. Yang paling parah itu tahun 1998, sampai ngungsinya juga ke gunung. Kalau yang kemarin katanya akibat tanggul Bendungan Leuwikeris jebol, jadi airnya meluap ke sini,” ujar Rohaetin.
Sementara itu, akibat air Citanduy meluap, sedikitnya 58 rumah warga yang ada di wilayah Kecamatan Purwaharja, Pataruman, dan Banjar terkena dampak luapan air.
Kalak BPBD Kota Banjar Kusnadi, melalui Kasi Darlog Yudi Andiana mengatakan, pihaknya telah melakukan pendataan bagi rumah yang terdampak. “Sudah kami data dan totalnya ada 58 rumah warga yang terdampak luapan air dari Sungai Citanduy,” katanya.
Untuk membantu masyarakat, BPBD Kota Banjar, bersama Dinas Sosial P3A, Jabar Bergerak, dan Baznas telah memberikan bantuan logistik. “Kita sudah memberikan bantuan logistik kepada masyarakat yang rumahnya terdampak. Sementara itu kita juga harus tetap waspada terhadap bencana alam lainnya, mengingat saat ini memasuki musim hujan,” pungkasnya. (Mamay)